RUTE PEMBERIAN OBAT : ENTERAL, PARENTERAL, LAIN-LAIN

rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat obat (seperti kelarutan dalam air atau lipid, ionisasi, dsb) dan oleh tujuan terapi (misalnya keinginan akan suatu awitan kerja obat yang cepat atau kebutuhan akan pemberian jangka panjang atau terbatas pada suatu tempat lokal). terdapat dua rute pemberian obat yang utama, enteral dan parenteral.

A. ENTERAL
1. Oral
Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. (catatan: kebanyakan obatr diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.  metabolisme langkah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. sebagai contoh, lebih dari 90 % nitrogliserin dihilangkan pada saat satu kali melewati hati). minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang dihancurkan oleh asam, misalnya penisilin menjadi rusak dan tidak diabsorbsi. (catatan : salut enterik suatu obat melindungi obat dari lingkungan yang asam dan bisa mencegah iritasi lambung. tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, menghasilkan suatu preparat lepas lambat).

2. Sublingual
penempatan dibawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi ke dalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3. Rektal
Lima puluh persen aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal. jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sedang muntah-muntah (catatan: rute rektal juga sering digunakan untuk memberikan obat antimuntah).

B. PARENTERAL
Pemberian parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil di dalam saluran cerna. pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan awitan kerja obat yang cepat. pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis obat yang sesungguhnya yang dimasukkan dalam tubuh. tiga rute parenteral yang utama adalah intravaskular (intravena dan intra-arteri), intramuskular, dan subkutan. masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

1. Intravskular
Suntikan intravena (IV) adalah cara pemberian parenteral yang paling sering dilakukan. untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan lain. dengan pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghinfari metabolisme first pass oleh hati. rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntikkan tidak dapat diambil kembali seperti dengan emesis atau peningkatan dengan activated charcoal. suntikan intravena beberapa obat bisa memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan hemolisis atau reaksi yang tak diinginkan lainnya karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. oleh karena itu, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM)
obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berupa suspensi obat dalam vehikulum nonaqua seperti etilen glikol atau minyak kacang. absorbsi obat-obat dalam bentuk larutan air cepat, sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat. setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama. suatu contoh adalah obat suntikan haloperidol dekanoat lepas lambat yang difusinya lambat dari otot menghasilkan suatu efek neuroleptik yang panjang.

3. Subkutan (SC)
rute pemberian ini, seperti suntikan intramuskular, memerlukan absorbsi dan agak lebih lambat dibandingkan cara intravena. suntikan subkutan mengurangi risiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular. (Catatan: sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. epinefrin bekerja sebagai suatu vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian). contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonorgestrel yang diimplantasi untuk aktivitas jangka panjang, dan juga pompa mekanik yang dapat diprogram yang dapat diimplantasi untuk memberikan insulin pada beberapa penderita diabetes mellitus.

C. LAIN-LAIN
1. Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriam obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran napas dari epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. cara pemberian ini digunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya beberapa obat anestetik) atau obat-obat yang dapat didispersi dalam suatu aerosol. rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk penderita-penderita dengan keluhan-keluhan pernapasan (misalnya asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena obat diberikan langsung ke tempat kerjanya dari efek samping sistemik minimal.

2. Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobatan osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara menghisap.

3. Intratekal/intraventrikular
kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfositik akut.

4. Topikal
Pemberian topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan. misalnya, klotrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin diteteskan secara langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5. Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu "transdermal patch". kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantung pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. cara pemberian ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.

Comments

Popular posts from this blog

KUMPULAN SOAL OSCE, PRETEST, DAN UKMP PART 2

MATERIAL INVESTMENT

KUMPULAN SOAL CBT, OSCE, UKMP, PRETEST PART 12