ADULT AGGRESIVE PERIODONTITIS

BAB I
PENDAHULUAN
Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan hilangnya tulang dan ligamen periodontal dan bisanya merupakan penyebab kehilangan gigi pada orang dewasa dan edentulousness (Caranza, 2008)
Peradangan pada periodontal memiliki banyak penyebab (misalnya, bakteri, trauma). Namun, kebanyakan periodontitis akibat dari akumulasi mikroorganisme pada gigi. Faktor risiko pada periodontitis kronis termasuk keberadaan bakteri subgingiva tertentu, penggunaan tembakau, diabetes, usia, dan jenis kelamin. Selain itu, ada bukti bahwa faktor lain dapat berkontribusi pada patogenesis penyakit periodontal: lingkungan, genetik, dan sistemik (misalnya, diabetes) (Gafen et al, 2004)
Periodontitis kronis biasanya disebut sebagai adult periodontitis atau crhonic adult periodontitis. Merupakan bentuk paling banyak dari periodontitis. Ini biasa dianggap sebagai perkembangan penyakit. Bagaimanapun, dengan adanya faktor sistemik ataupun faktor lingkungan yang mungkin bisa menentukan reaksi host terhadap akumulasi plak, seperti diabetes melitus, merokok, atau stres yang mungkin menyebabkan perkembangan penyakit ini makin agresif. Meskipun periodontitis kronis paling sering terdapat pada remaja, itu bisa terjadi juga pada anak-anak ataupun orang tua sebagai respon terhadap plak kronis dan akumulasi kalkulus. Penelitian ini mendasari perubahan nama dari adult periodontitis disarankan menjadi periodontitis kronis. Plak menyebabkan periodontitis terdapat pada remaja. Menjadi pandangan yang lebih universal dari periodontitis kronis, yang dapat terjadi pada semua umur (Caranza, 2008)
Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi dikarenakan inflamasi pada jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan kehilangan tulang, hilangnya jaringan ikat dan hilangnya tulang alveolar. Susunan poket periodontal biasanya diakibatkan oleh proses penyakit resesi gingiva sekaligus kehilangan jaringan ikat pada kasus kedalaman poket yang menyisakan kedangkalan. Meskipun pada keduanya mulai terjadi kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang. (Caranza, 2008)
Permulaan terjadinga kerusakan timbul pada saat plak bacterial terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangan pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang. Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang memmpengaruhi tulang alveolar, ligament periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan periodontitis.
ETIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal (Fedi et al, 2000).
Penyakit periodontal mengalami berbagai perubahan mengenai teori tentang etiologinya. Sebelum tahun 1960 para ilmuan percaya bahwa penyakit periodontal hanya disebabkan oleh adanya deposit dari kalkulus yang berperan sebagai iritan mekanis pada jaringan periodontal. Pada tahun 1965-1980 para ilmuwan berpendapat bahwa penyakit periodontal dapat terjadi tidak hanya akibat dari kalkulus saja, tapi bisa juga akibat akumulasi dari bakteri plak yang ada di rongga mulut. Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan penyakit periodontal tidak hanya disebabkan oleh bakteri plak saja, respon dari inang terhadap bakteri plak mempunyai efek penting dari kerusakan jaringan periodontal, kondisi oral, kebiasaan, penyakit sistemik, dan faktor genetik juga merupakan faktor resiko dari penyakit periodontal. (Goucher, 2007)
Bentuk umum dari penyakit periodontal adalah gingivitis dan periodontitis, dua penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak terjadi pada populasi manusia di dunia. Ginggivitis yang disebabkan oleh plak merupakan penyakit ginggiva yang paling sering terjadi, derajat keparahan dan lamanya penyakit dipengaruhi oleh interaksi bakteri – sel inang, dan juga faktor sistemik, pengobatan serta nutrisi. (Goucher, 2007)
Sebagian besar penyakit periodontal inflamatif disebabkan oleh infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan periodontal, penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya). Beberapa kelainan sistemik dapat berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal, tetapi factor sistemik semata tanpa adanya plak bakteri tidak dapat menjadi pencetus terjadinya periodontitis. Dua faktor yang mungkin menjadi pencetus penyakit periodontal tanpa adanya plak bakteri adalah malignansi dan trauma oklusi primer (Fedi et al, 2000).
Berikut gambaran interaksi faktor-faktor etiologi yang menyebabkan penyakit periodontal.

RUMUSAN MASALAH
1.     Apakah diagnosis akhir berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan pada pasien?
2.     Apakah rencana perawatan yang akan diberikan pada pasien?



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GINGIVA
Gingiva adalah bagian dari mukosa rongga mulut, dan juga merupakan komponen paling perifer pada periodonsium. Gingiva bermula pada garis mukogingival, dan menutupi aspek koronal pada processus alveolaris. Gingiva berakhir pada bagian cervical pada setiap gigi dan mengelilinginya. (Wolf, 2006)
Secara klinis gingiva dibatasi oleh free marginal gingiva, attached gingiva, dan interdental gingiva. Gingiva sehat berwarna pink, warna hitam pada gingiva menunjukkan variasi derajat pigmentasi kecoklatan. Gingiva menunjukkan konsistensi yang bervariasi dan ginigva yang melapisi tulang bersifat tidak dapat digerakkan. Permukaan gingiva berkeratinisasi, tebal dan stipling.  (Wolf, 2006)
Gingiva terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh epithelium stratifikasi skuamosa. Tiga tipe dari epithelium yang ada pada gingiva.
1.     Oral epithelium (epithelium keratinisasi)
2.     Epithelium sulcular
3.     Epithelium junctional (epithelium non-keratinisasi)
(Reddy, 2008)
Pada epithelium keratinisasi, tipe sel principal adalah keratinosit, yang dapat mensintesis keratin. Proses dari keratinisasi melibatkan sekuens dari biokimia dan morfologi yang terjadi pada sel sebagai perpindahannya dari lapisan basal ke permukaan sel. Epithelium non keratinisasi mengandung clear cell yang terdiri dari melanosit, sel Langerhans, sel merkel, dan limfosit. (Reddy, 2008)

Gingiva sehat
Free gingival margin parallel dengan sementoenamel junction. Fasial papilla interdental meluas ke kontak area pada gigi yang saling berdekatan. Terdapat sulcus gingiva pada beberapa area, membatasi free gingival margin dari attached gingiva. (Wolf, 2006)

Attached gingiva
            Didefinisikan sebagai bagian dari gingiva yang tegar dan terikat kuat menutupi periosteum pada tulang alveolar. Pada aspek facial meluas hingga mukosa alveolar bergerak, dan daibatasi oleh mucogingival junction. Lebar attached gingiva adalah jarak antara mucogingival junction dan poyeksi dari permukaan eksternal batas bawah sulcus gingiva atau poket periodontal. Lebar dari attached gingiva meningkat sejalan dengan peningkatan usia dan pada gigi yang supraerupsi. (Reddy, 2008) Lebarnya bervariasi antara setiap individu dan bervariasi dalam sekelompok gigi pada orang yang sama. (Wolf, 2006)

Gingiva interdental
            Biasanya menempati dari embrasure gingiva. Terdapat tiga bagian dari ginigiva interdental yaitu papilla facial, papilla lingual, dan col, yaitu depresi seperti lembah yang menghubungkan papilla facial dan papilla lingual. Batas lateral dan ujung dari papilla interdental dibentuk oleh lanjutan dari margin gingiva. Papila interdental tidak dapat ditemui pada kasus diastema. (Reddy, 2008)

Sulcus gingiva
            Didefinisikan sebagai celah pada cervical antara gigi dan gingiva bebas, yang meluas ke arah apical ke epithelium junctional. Bentukannya V-shaped dan probe periodontal dapat masuk kedalamnya. Kedalaman sulcus gingiva normal adala 2-3mm. (Reddy, 2008)


2.2 SEMENTUM
Sementum adalah jaringan mesenkimal avaskuler terkalsifikasi yang membentuk lapisan luar dari akar anatomis. Sementum menghasilkan anchorage terutama pada principal fiber pada ligamentum periodontal. Dua serabut kolagen yang terdapat pada sementum:
1.     Sharpey (ekstrinsik) serabut yang dibentuk oleh fibroblast
2.     Serabut matrix sementum (intrinsic) diproduksi oleh sementoblas
(Reddy, 2008)

Dua tipe sementum :
  1. Sementum aselular/ sementum primer
  2. Sementum selular/ sementum sekunder

Perbedaan antara sementum aselular dan selular
Sementum aselular:
-       Terbentuk selama pembentukan gigi
-       Tidak mengandung sel
-       Dapat ditemukan pada bagian koronal dari akar
-       Pembentukannya lambat
-       Susunan serabut kolagen lebih terstruktur
Sementum selular
-       Terbentuk setelah gigi erupsi
-       Mengandung sementosit
-       Ditemukan pada bagian apical dari akar gigi
-       Deposisinya lebih cepat
-       Serabut kolagen tersusun lebih irregular
(Reddy, 2008)

Fungsi sementum
  1. Fungsi primer dari sementum adalah untuk menhasilkan anchorage dari gigi didalam alveolus. Hal ini bisa dihasilkan karena terdapat bundel serabut kolagen dalam ligamentum periodontal yang menempel pada sementum.
  2. Sementum juga mempunyai peran yang penting dalam menjaga hubungan oklusal, dimana permukaan insisal dan oklusal rentan terjadinya atrisi, gigi supra erupsi untuk mengkompensasi dari hilangnya dan deposisi kembali dari sementum baru yang terjadi pada area apical akar.
(Reddy, 2008)

Komposisi
Komposisi sementum terdiri dari material anorganik (46%) dan material organic. Matriks organic terutama terdiri dari 90% kolagen tipe I, 5% kolagen tipe III, dan protein non kolagen seperti protein enamel, molekul adhesi seperti tenacin dan fibronectin, glykosaminoglikan seperti chondroitin sulfat, dermatan sulfat, dan heparin sulfat. (Reddy, 2008)



Ketebalan sementum
            Pembentukan sementum adalah proses yang kontinyu, tingkat pembentukannya bervariasi selama hidup. Lebih cepat pada region apical. Pada bagian koronal setengah ketebalannya bervariasi antara 16 sampai 60µm (hampir sama dengan ketebalan rambut). Permukaannya lebih tebal pada permukaan distas dibandingkan dengan permukaan mesial. Hal ini disebabkan karena stimulasi fungsional mengikuti migrasi mesial. (Reddy, 2008)

Resorbsi dan perbaikan cementum
Resorbsi sementum dapat disebabkan karena factor local, sistemik, atau idiopatik. Kondisi local yang berperan dalam resorbsi sementum adalah trauma oklusi, pergerakan gigi karena perawatan orthodontic, tekanan dari gigi yang erupsi, tumor dan kista, gigi dengan tampa fungsi antagonis, penyakit periapikal dan penyakit periodontal. Kondisi sistemik yang dapat menjadi predisposisi resorbsi sementum adalah defisiensi kalsium, hypothyroisime, dan paget disease. (Reddy, 2008)
Proses resorbsi bukan merupakan proses yang kontinyu. Terdapat periode deposisi dan perbaikan, yang dibatasi oleh pembentukan reversal line. Remodeling dari sementum membutuhkan adanya jaringan ikat dan dapat juga terjadi pada gigi non-vital. (Reddy, 2008)
Sementum tidak terpapar oleh lingkungan rongga mulut karena dilapisi oleh tulang alveolar dan gingiva. Pada kasus resesi gingiva dan sebagai konsekuensi dari hilangnya perlekatan pda pembentukan poket, sementum dapat menjadi terpapar oleh lingkungan rongga mulut. Pada saat terpapar, material organic, ion anorganik dan bakteri dapat penetrasi dalam sementum yang permeable. Sehingga dapat terjadi perkembangan karies pada sementum. (Reddy, 2008)

2.3 LIGAMEN PERIODONTAL
ligamen periodontal adalah struktur jaringan ikat fibrous, dengan komponen neural dan vaskular, yang mengelilingi akar gigi dan mempertemukan sementum dan tulang alveolar. ketebalannya bervariasi dan berkurang sesuai dengan pertambahan usia. Ligamen periodontal berfungsi sebagai suatu bantalan yang dapat menahan daya pengunyahan dengan frekuensi ,durasi, dan arah gaya yang bervariasi, yang kemudian diserap secara efektif  dan diteruskan ke tulang alveolar . (Macphee and Cowley, 1995)
Ligamen periodontal ini sebagian besar diisi oleh ikatan serat kolagen yang terdiri dari serat transeptal, serat krista alveolar, serat horizontal, sereat oblique dan serat apikal, yang dilewati oleh pembuluh darah dan saraf. (Carranza, 2008)
Fungsi dari ligamen periodontal adalah sebagai :
-Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar tekanan oklusal ke tulang alveolar, mencekatkan gigi ke tulang alveolar, mempertahankan hubungan jaringan gingiva ke gigi dan menahan tekanan oklusal pada gigi untuk melndungi pembuluh darah dan saraf dari tekanan mekanis.
-Fungsi formatis, yatu berperan dalam pembentukan dan resorpsi dan struktur jaringan pendukung gigi.
-Fungsi nutrisi dan sensori ,yaitu untuk memasok nutrien ke sementum, tulang alveolar dan gingiva melalui pembuluh darah oleh ligamen perodontal. Pensyarafan ligamen periodontal memliki sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir tekanan eksternal terhadap gigi.
(Carranza, 2008)
2.4 TULANG ALVEOLAR 
Tulang alveolar merupakan tulang yaang membentuk dan mendukung soket gigi. Sel sel yang terdapat dalam tulang alveolar adalah osteoblas, osteosit dan osteoklas. Periosteum dan permukaan luar tulang terbagi atas dua lapisan yaitu lapisan dalam yang terdiri dari sel sel yang berdiferensasi menjadi osteoblas dan lapisan luar yang kaya dengan pembuluh darah dan saraf terdiri dari serat kolagen dan fibroblas. Endosteum atau permukaan dalam tulang terdiri dar lapisan tunggal sel sel osteoprogentor dan sejumlah kecil jaringan ikat.
(Carranza, 2008)
Tulang alveolar adalah jaringan yang bersifat sementara dengan fungsi utamanya mendukung gigi, disebut sementara adalah karena setelah gigi tanggal, misalnya pada keadaan anodonsia atau dicabut, maka tulang ini akan berangsur angsur teresorbsi. tulang alveolar seperti juga tulang lainnya, akan terus menerus mengalami remodeling sebagai respon terhadap tekanan mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor dan kalsium. (Macphee and Cowley, 1995)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skenario Kasus
Seorang pasien laki laki berusia 42 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi bawah kanan bengkak dan sakit. Pemeriksaan obyektif terlihat bahwa terdapat pembengkakan sebelah bukal gigi M1 bawah kanan dan gigi tersebut goyah derajat 1, OHI jelek, kedalaman poket 6 mm, gigi tersebut masih vital, dan terdapat karies. Pemeriksaan rontgen foto terlihat area radiolusen pada lateral akar gigi M1 bawah kanan.
 3.2 Analisis Kasus
1.     Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
Chief Complaint: pasien mengeluhkan gigi bawah kanan bengkak dan sakit
Present Illnes: -
Past Medical History: - 
Past Dental History: -
Family History:-
Social History:-
2.     Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan umum
Vital Sign : -
Pemeriksaan intraoral
- terdapat pembengkakan sebelah bukal gigi M1 bawah kanan
- gigi M1 terdapat karies dan masih vital
- gigi M1 bawah kanan goyah derajat 1
- OHI jelek
-kedalaman poket 6 mm
Pemeriksaan ekstraoral
-tidak terdapat kelainan
Pemeriksaan pendukung
- Pemeriksaan rontgen foto terlihat area radiolusen pada lateral akar gigi M1 bawah kanan.
3. 3 Penentuan Diagnosis
            Adult aggresive periodontitis
3. 4 ADULT AGGRESIVE PERIODONTITIS
Periodontitis kronis biasanya disebut sebagai adult periodontitis atau crhonic adult periodontitis. Merupakan bentuk paling banyak dari periodontitis. Ini biasa dianggap sebagai perkembangan penyakit. Bagaimanapun, dengan adanya faktor sistemik ataupun faktor lingkungan yang mungkin bisa menentukan reaksi host terhadap akumulasi plak, seperti diabetes melitus, merokok, atau stres yang mungkin menyebabkan perkembangan penyakit ini makin agresif. Meskipun periodontitis kronis paling sering terdapat pada remaja, itu bisa terjadi juga pada anak-anak ataupun orang tua sebagai respon terhadap plak kronis dan akumulasi kalkulus. Penelitian ini mendasari perubahan nama dari adult periodontitis disarankan menjadi periodontitis kronis. Plak menyebabkan periodontitis terdapat pada remaja. Menjadi pandangan yang lebih universal dari periodontitis kronis, yang dapat terjadi pada semua umur (Caranza, 2008)
Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi dikarenakan inflamasi pada jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan kehilangan tulang, hilangnya jaringan ikat dan hilangnya tulang alveolar. Susunan poket periodontal biasanya diakibatkan oleh proses penyakit resesi gingiva sekaligus kehilangan jaringan ikat pada kasus kedalaman poket yang menyisakan kedangkalan. Meskipun pada keduanya mulai terjadi kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang. (Caranza, 2008)
Periodontitis dikenal sebagai penyakit multifaktorial dimana keseimbangan yang normal antara plak mikroba dan respon host terganggu. Gangguan ini, dapat terjadi melalui perubahan komposisi plak, perubahan respon host, atau perubahan lingkungan dan tingkah laku yang mempengaruhi respon palk dan host. Selain itu, kerusakan periodontal seringkali dilihat sdiantara anggota keluarga dan melintas ke generasi yang berbeda dalam garis keturunan, serta mendasari dasar genetic untuk kemungkina terjadinya penyakit periodontal. Studi terakhir telah menunjukkan agregasi familial dari localized dan generalized aggressive periodontitis. (Caranza, 2008)
3. 5 GEJALA
Pada Localized Agressive Periodontitis akan mulai terdiagnosis apabila dalam kondisi yang telah parah. dengan karakteristik keadaan lokal yang hanya terdapat sedikit akumulasi plak dan inflamasi hanya terjadi pada daerah yang terinfeksi. Akan terdeteksi apabila telah melibatkan kehilangan tulang alveolar yang banyak. sebagian besar dari penderita LAP mengalami kehilangan gigi , drifting , diastema yang disebabkan karena adanya peningkatan mobilisasi gigi,  sensitif terhadap rangsangan thermal, merasakan nyeri pada saat mastikasi, dan terjadinya iritasi yag bisa disebabkan akibat adanya food impaction. pada LAP dapat juga disetai dengan adanya abses periodontal dan adanya pembesaran limfe yang terdapat pada regio yang terinfeksi (Newman,2002).
Menurut Reddy (2008) ,Karakteristik yang mencolok dari LAP adalah tidak adanya inflamasi klinis meskipun terdapat poket periodontal yang dalam dan adanya kehilangan tulang yang cepat. Pada beberapa kasus jumlah plak minimal yang terlihat tidak konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal.. LAP mempunyai progres yang cepat. Bukti yang telah dilaporkan bahwa laju hilangnya tulang sekitar 3-4 kali lebih cepat daripada periodontitis kronik. Karakteristik klinis lain dari LAP meliputi :
1. Adanya perpindahan distolabial pada incisivus rahang atas, bersamaan dengan pembentukan diastema.
2.   Mobilitas  pada incisivus dan molar rahang atas dan rahang bawah.
3.   Sensitifitas permukaan akar terhadap suhu dan sentuhan.
4.  Rasa sakit selama matikasi,kemungkinan besar disebabkan oleh iritasistruktur   pendukung oleh gigi yang bergerakdan impaksi makanan.
Adanya abses periodontal dan terjadi pembesaran nodus limfa
(Reddy, 2008)
3. 6 CARA PEMERIKSAAN
Tindakan pemeriksaan rongga mulut merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat tentang status kesehatan gigi dan mulut pasien serta penentuan jenis penyakit yang diderita pasien di rongga mulut. Prosedur tindakan pemeriksaan rongga mulut meliputi anamnesa.
Daftar pertanyaan anamnesa:
a.     Khusus : mengenai keadaan gigi
b.     Umum : mengenai riwayat penyakit

1)    Pemeriksaan Keadaan Umum adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data vital sign pasien.
Data ini meliputi :
a.     Tensi
b.     Temperatur
c.     Nadi
d.     Respirasi
2)    Pemeriksaan Ekstra Oral adalah pemeriksaan dari bagian tubuh penderita di luar mulut (muka, kepala, leher)
Data yang bisa dikumpulkan antara lain:
a.     kesimetrisan wajah
b.     kelenjar
c.     suhu pembengkakan
3)    Pemeriksaan Intra Oral adalah pemeriksaan dari bagian rongga mulut  yang meliputi mukosa (bibir, mulut, palatum, gingiva) dan gigi
Tujuan: mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi dan mulut.
Cara pemeriksaan :
a.         Inspeksi
b.        Sondasi
c.         Termis
d.        Perkusi
e.         Tekanan
f.         Tes Mobilitas
g.         Membau
h.        Palpasi
i.          Tes Vitalitas
j.          Rontgen Foto
4)    Pembuatan rontgen foto gigi, sebagai alat bantu menegakkan diagnose.
5)    Rujukan laboratorium/Dokter Ahli/ Rontgent bila diperlukan sebagai informasi tambahan.
(Lamlanto, 2010)
3.7 TAMPAKAN KLINIS
gambaran klinis dari periodontitis kronis ( adult periosontitis) adalah sebagai berikut:
    Onset penyakit biasanya dimulai pada usia 30-35 tahun.
    Penyakit biasanya generalized, meskipun ada beberapa area yang lebih parah keterlibatannya dibanding area yang lain.
    Tidak ada pola yang tetap dari distribusi lesi yang terlihat, kecuali yang biasa diisolasi untuk satu atau dua sisi.
    Permukaan inflamasi akut yang parah tidak terlihat, biasanya memperlihatkan gingiva yang bengkak dari mild periodontitis hingga moderate  periodontitis serta perubahan warna dari merah pucat ke magenta.
    Hilangnya stippling, margin gingiva yang tajam dan bergulung atau papilla yang crater dapat terlihat.
    Perdarahan yang spontan dan inflamasi yang berhubungan dengan eksudat dari poket juga dapat ditemukan.
    Saat poket terbentuk, kemungkinan dapat terjadi abses.
    Kedalaman poket bervariasi dan poket supraboni dan infraboni dapat ditemukan.
    Kondisi yang dapat memperparah akumulasi plak seperti bagian interdental yang terbuka, tepi restorasi yang rusak, dan malposisi gigi seringkali dapat ditemukan.
    Jumlah deposit mikroba konsisten dengan keparahan penyakit.
    Mobilitas gigi dapat dilihat pada kasus yang sudah lanjut.
    Tidak ditemukan abnormalitas serum neutrofil/monosit.
( Reddy, 2008)
3.8 ETIOLOGI ADULT AGGRESIVE PERIODONTITIS
Aggressive periodontitis adalah salah satu kelainan pada jaringan periodontal yang disertai dengan adanya bone loss secara progresif. Plak pada penderita aggressive periodontitis biasanya hanya ditemukan dengan jumlah yang tidak sebanding dengan kerusakan tulang alveolar yang terjadi secara agresif. Plak yang ditemukan pada penderita aggressive periodontitis di dominasi oleh bakteri  A. Actinomycetecomitans dan Porphyromonas gingivalis (Gray, 2000).
Aggressive periodontal memiliki karakteristik berupa penyakit yang parah dan kerusakan jaringan periodontal secara cepat. Spesies bakteri yang berkaitan dengan lesi periodontal fase lanjut : Actinobacillus actinomycetemcomitans (A.a.), Porphorymonas gingivalis (P.g.), Tannerella forsythensis (T.f.), dan Treponema denticola (T.d.). Banyak studi melaporkan bahwa Actinobacillus actinomycetemcomitans (A.a.) sebagai faktor kunci penyakit localized aggressive periodontitis (Noack &Hoffmann, 2004).
Penyakit aggressive periodontitis juga merupakan suatu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik, hal ini terkait dengan adanya autosomal resesive genetik atau X-Linked dominan. Penyakit aggressive periodontitis banyak ditemukan pada ras negroid jika dibandingkan dengan ras lainnya. Hal ini berhubungan dengan keberadaan IL-1β yang ditemukan lebih banyak pada orang-orang negroid seperti afrika. Keberadaan IL-1β dapat dijadikan sebagai marker diagnostik untuk penyakit aggressive periodontitis (Caranza, 2008).
Localized Aggressive Periodontitis
Karakteristik lesi LAP ini biasanya terjadi sekara lokal. lesi lebih umum ditemukan pada daerah gigi M1, dengan usia pasien biasanya kurang dari 20 tahun. lokalisasi lesi yang hanya berada pada gigi M1 permanen berhubungan dengan adanya pembentukan kolonisasi bakteri setelah gigi M1 erupsi. Kolonisasi yang terbentuk terjadi karena inisiasi dari bakteri A. Actinomycetecomitas. adanya infeksi akibat inisiasi bakteri tersebut dapat memicu terjadinya pertahanan tubuh. hal yang terjadi adalah tubuh akan memproduksi Leukosit  PMN serta ihibitor lainnya. hal ini akan memicu terbentuknya antibodi opsonin yang berfungsi untuk menghambat penyebaran infeksi bakter dan menetralisirkan leukotoksisitas, sehingga kolonisasi pada regio sekitarnya dapat dicegah. selain itu lesi yang terlokalisir terjadi karena adanya bakteri yang bersifat antagonis terhadap A. Actinomycetemcomitan akan membantu dalam menghambat pembentukan koloni A. Actinomycetecomitan pada regio lain. kemudian hilangnya kemampuan A. Actinomycetecomitandalam memproduksi leukotoksin juga berhubungan dengan adanya karakteristik lesi yang bersifat terlokalisir (Caranza, 2008).
Generalized Aggressive Periodontitis (GAP)
GAP umumnya ditemukan pada pasien usia kurang dari 30 tahun. biasanya penderita GAP memiliki respon antibodi yang buruk terhadap petogen. secara klini GAP ditandai dengan general interproximal attachment loss yang terjadi sedikitnya melibatkan 3  gigi permanent . destruksi terjadi progresif dan menunjukan keadaan yang semakin parah. jumlah akumulasi plak pada penderita GAP tidak sebanding dengan jumlah kehilangan tulang alveolar. plak pada penderita GAP umumnya didominasi oleh bakteri A. Actinomycetecomitans, P. gingivalis dan Bacteroides forsythus. Respon jaringan bergantung terhadap tahap terjadinya lesi. lesi pada GAP biasany berwarna kemerahan akibat inflamasi , poket yang dalam, dan sedikit stippling. Pada beberapa pasien GAP ditemukan beberapa penyakit sistemik yang mungkin berperan dalam memperparah GAP seperti penurunan berat badan, depresi mental, dan malaise (Caranza, 2008). 

3.9 MEKANISME PERKEMBANGAN PENYAKIT
Bentuk penyakit periodontal yang paling sering ditemukan dimulai sebagai inflamasi pada gingiva marginal (gingivitis) yang tidak terasa nyeri, kendati gingiva dapat berdarah ketika pasien menyikat giginya. Penyakit tersebut dapat menyebar hingga mengenai ligamentum periodontal dan tulang alveolaris. Mengingat keadaan yang disebutkan terakhir ini akan diserap secara perlahan-lahan, perlekatan ligamentum periodontal antara gigi dan tulang akan menghilang. Jaringan lunak akan terlepas dari permukaan gigi sehingga terbentuk “kantong” dengan perdarahan ketika disonde atau pada saat mengunyah makanan. Inflamasi akut dapat menutupi proses kronik ini dengan timbulnya pus dan terbentuknya abses periodontal. Akhirnya, hilangnya tulang secara ekstrim, mobilitas gigi, dan pembentukan abses rekuren menyebabkan eksfoliasi gigi atau dapat diperintahkan untuk ekstraksi gigi (Harrison, 1995)
Periodontitis adalah istilah yang digunakan ketika reaksi inflamasi juga melibatkan ligamen periodontal, sementum akar, dan tulang alveolar. Hasil akhir dari periodontitis adalah hilangnya gigi karena perusakan yang terus menerus pada attachment apparatusnya.
Penyebab utama dari gingivitis dan periodontitis adalah akumulasi dari plak pada permukaan gigi. Kalkulus (tartar) adalah faktor etiologi kedua. Bakteri plak dan produknya, maupun peradangan dan reaksi imun dari hostnya, memberikan perusakan pada jaringan periodonsium. Mekanisme patogenik yang terlibat dalam penyakit periodontal termasuk seperti berikut:
1.     Jejas langsung yang disebabkan oleh mikroorganisme plak
2.     Jejas tidak langsung yang disebabkan oleh mikroorganisme plak melalui proses inflamasi (Gershwin et all, 2000)
3.10 DISTRIBUSI PENYAKIT
            Periodontitis agresif biasanya menyerang secara sistemik pada individu sehat yang berumur kurang dari 30 tahun. Periodontitis agresif dibedakan dengan periodontitis kronis berdasarkan onset usia, kecepatan progresi, sifat dan komposisi kumpulan mikroflora gingiva, perubahan respon imun host dan agregasi keluarga dari penyakit individu. Periodontitis agresif menggambarkan dua penyebaran penyakit. Penyakit tersebut adalah localized aggressive periodontitis dan generalized aggressive periodontitis.
a.     Localized Aggressive Periodontitis
Localized aggressive periodontitis (LAP) biasanya mempunyai onset pada usia masa pubertas atau remaja. Tanda-tanda klinisnya yaitu terlokalisasi pada gigi molar pertama atau incisivus dan hilangnya perlekatan interproksimal paling sedikit pada dua gigi permanen, satu pada gigi molar pertama dan melibatkan tidah lebih dari dua gigi selain dari gigi molar pertama dan incsivus. Kemungkinan alasan batas kerusakan jaringan periodontal dan gigi yaitu :
1.     Setelah melakukan kolonisasi pertama pada gigi permanen yang pertama erupsi (gigi molar pertama dan incisivus), Actinobacillus actinomycetemcomitans menghindari pertahanan host dengan mekanisme yang berbeda, meliputi produksi polimorphonuclear leukocyte (PMN), faktor penghambat-chemotaxis, endotoxin, kolagen, leukotoxin, dan faktor lain yang dapat membuat bakteri berkolonisasi pada poket dan memulai perusakan jaringan periodontal. Setelah penyerangan pertama ini, pertahanan imun adekuat host distimulasi dengan memproduksi antibody untuk menaikan jarak dan fagositosis serangan bakteri dan menetralisir aktifitas leukotoxin. Dengan cara ini, kolonisasi bakteri pada tempat lain dapat dicegah. Respon antibodi yang kuat pada agen infeksi adalah karakteristik dari localized aggressive periodontitis.
2.     Bakteri yang berlawanan dengan A. actinomycetemcomitans dapat berkolonisasi pada jaringan periodontal dan menghambat kolonisasi yang lebih lanjut dari A. actinomycetemcomitans. Ini akan melokalisasi infeksi A. actinomycetemcomitans dan mencegah perusakan jaringan.
3.     A. actinomycetemcomitans dapat kehilangan kemampuan memproduksi leukotoxin tanpa alasan yang jelas. Jika hal ini terjadi, progresi penyakit dapat dicegah atau dilemahkan, dan kolonisasi pada daerah periodontal yang baru dapat dihindari.
4.     Kerusakan pada susunan sementum dapat disebabkan oleh lesi yang terlokalisasi. Permukaan akar dari gigi yang dicabut pada pasien LAP ditemukan adanya sementum yang hipoplastik atau aplastik. Hal ini tidak hanya ditemukan pada permukaan akar yang terpapar langsung pada poket periodontal tetapi juga pada akar gigi yang masih mengelilingi periodontium.
Karakteristik yang mencolok dari LAP adalah tidak adanya inflamasi klinis meskipun terdapat poket periodontal yang dalam dan adanya kehilangan tulang yang cepat. Pada beberapa kasus jumlah plak minimal yang terlihat tidak konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal. Plak jarang membentuk kalkulus. Meskipun jumlah plak terbatas tetapi mengandung banyak A. actinomycetemcomitans dan pada beberapa pasien terdapat Porphyromonas gingivalis.
LAP mempunyai progres yang cepat. Bukti yang telah dilaporkan bahwa laju hilangnya tulang sekitar 3-4 kali lebih cepat daripada periodontitis kronik. Karakteristik klinis lain dari LAP meliputi :
1.     Adanya perpindahan distolabial pada incisivus rahang atas, bersamaan dengan pembentukan diastema.
2.     Peningkatan pergerakan pada incisivus dan molar rahang atas dan rahang bawah
3.     Sensitifitas permukaan akar terhadap suhu dan sentuhan.
4.     Rasa sakit selama matikasi, kemungkinan besar disebabkan oleh iritasi struktur pendukung oleh gigi yang bergerak dan impaksi makanan.
Tidak semua kasus LAP berprogresi pada tingkatan yang dapat diuraikan dengan tepat. Pada beberapa pasien dengan progresi kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang dapat sembuh dengan sendirinya.
Pada gambaran radiografik LAP yatu hilangnya tulang alveolar secara vertikal disekeliling gigi molar pertama dan incisivus, pada permulaan masa pubertas pada remaja sehat, merupakan tanda diagnosis klasik dari LAP. Gambaran radiografik meliputi hilangnya bentuk lengkung tulang alveolar yang meluas dari permukaan distal pada gigi premolar kedua sampai permukaan mesial gigi molar kedua. Kerusakan tulang biasanya lebih luas daripada periodontitis kronik.
b.     Generalized Aggressive Periodontitis
Generalize Aggressive Periodontitis (GAP) biasanya menyerang individu dibawah umur 30 tahun, namun pasien yang lebih tua juga dapat terserang. Berbeda dengan LAP, individu yang terserang GAP menghasilkan respon antibodi yang rendah terhadap organisme patogen. Secara klinis, GAP mempunyai karakteristik yaitu hilangnya perlekatan interproksimal secara menyeluruh, sedikitnya pada tiga gigi permanen selain molar pertama dan incisivus. Kerusakan yang timbul terjadi secara bertahap diikuti tahap quiescence (diam) dalam periode minggu ke bulan atau tahun. Radiografi sering menunjukan kehilangan tulang yang mempunyai progresi sejak pemeriksaan radiografi. Seperti pada LAP, pasien GAP sering mempunyai jumlah plak kecil. Jumlah plak Nampak tidak konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal. Namun terdapat banyaknya bakteri Porphyromonas gingivalis, A. actinomycetemcomitans dan Tannerella forsythia.
Respon dua jaringan gingiva dapat ditemukan. Salah satu yang paling ganas adalah jaringan yang terinflamasi akut, sering terproliferasi, terulserasi dan berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi secara spontan atau dengan stimulasi ringan. Supurasi dapat menjadi suatu karakteristik penting. Respon jaringan ini dianggap terjadi pada tahap destruktif dimana perlekatan tulang hilang dengan aktif. Pada beberapa kasus, jaringan gingiva dapat terlihat berwarna pink, bebas inflamasi, kadang-kadang dengan beberapa tingkatan stippling. Poket yang dalam dapat terlihat dengan pemeriksaan. Beberapa pasien GAP dapat memiliki manifestasi sistemik seperti penurunan berat badan, depresi mental dan malaise.
Pada gambaran radiografik GAP yaitu hilangnya tulang dari sedikit gigi sampai menyerang sebagian besar gigi. Perbandingann radiografik yang diambil pada waktu berbeda, menunjukan keagresifan penyakit ini. Page et al. menjelaskan suatu sisi pada pasien GAP yang menunjukan adanya kerusakan sekitar 25%-60% selama periode 9 minggu, menunjukan kehilangan tulang yang ekstrim tetapi di lain sisi pada pasien yang sama, menunjukan tidak adanya kehilangan tulang.
Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT504sViovDpabPhea7xj1eP7hg7K8-LZJVqZ81vdpuIDqlaubLqADescription: C:\Users\TOSHIBA\Pictures\images.jpg Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRFa7QgSm5aGoZzJ2ZaeQjGKhWPy3nwPaYd8haH62NLvk-fPVrJEA
(Newman. et al.,2002)


3.11 KEGANASAN PENYAKIT
Aggressive Periodontitis umumnya mempengaruhi kesehatan sistemik individu dibawah umur 30 tahun, namun dapat juga yang lebih tua. Seperti namanya, localized aggressive periodontitis perkembangannya sangat cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa derajat kehilangan tulang kira-kira lebih cepat tiga sampai empat kali lebih cepat daripada kronis periodontitis. Dapat juga terbentuk abses periodontal dan dapat terjadi pembesaran nodus regional limphatik (Newman, 2002).
3.12 PERAWATAN
            Keberhasilan perawatan untuk aggresive periodontitis tergantung dari diagnosis awalnya, fokus utama dalam semua perawatan periodontitis adalah menurunkan mikroorganisme patogen dan mengurangi infeksi, dengan tujuan mendapatkan keadaan flora normal yang sesuai dengan rongga mulut yang sehat. Dalam perawatan periodontitis, sangat didukung oleh motivasi dan kesediaan pasien dalam memperbaiki oral hygiene-nya, sedangkan klinisi harus dapat menciptakan kondisi yang dapat memfasilitasi oral hygine yang baik.
            Berikut strategi-strategiperawatan yang dapat dilakukan:
1.     Ekstraksi gigi yang memiliki prognosis perawatan yang buruk
2.     Memperbaiki restorasi agar dapat mendukung self cleansing
3.     Menghilangkan kalkulus dan plak gigi
4.     Menghaluskan permukaan yang mendukung terakumulasinya plak
Dalam perawatan tahap awal sumber infeksi dibersihkan dengan scaling subgingival yang dilakukan menyeluruh dalam 1 kali atau disebut dengan istilah full-mouth disinfection, selanjutnya setelah re-evaluasi, dapat diikuti dengan surgical poket therapy apabila terdapat lesi aktif. Dapat diberikan antibiotik secara sistemik apabila tidak terjadi/sedikit penurunan bakteri patogen, antibiotik yang dipilih disesuaikan dengan jenis bakteri yang dominan dari pemeriksaan bakterinya. (Noack, et al. 2004)
3.13 PENCEGAHAN
Kebersihan mulut yang baik adalah langkah pertama dalam mencegah penyakit gusi. Sikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, dan floss setiap hari. Makan makanan yang sehat yang meliputi buah-buahan dan sayuran, dan mencoba untuk membatasi asupan gula Anda. Jika Anda merokok, berhenti. Juga, dokter gigi Anda setiap 6 bulan untuk check up dan pembersihan. 
Kebiasaan sehat dan kebersihan mulut yang baik sangat penting dalam mencegah penyakit gusi. Menyikat gigi dan mencuci mulut secara teratur dan efektif, bagaimanapun, hanya efektif di atas dan sedikit di bawah garis gusi. Setelah penyakit periodontal berkembang, perawatan yang lebih intensif diperlukan.
Perubahan diet
Hal ini penting untuk mengurangi jumlah atau kuantitas dan khususnya, frekuensi asupan gula. Hindari makanan ringan dan minuman dengan gula (selain gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran). Makan makanan yang mengandung gula dengan idealnya diikuti dengan menyikat. Jus buah juga dapat menyebabkan erosi gigi pada anak-anak, orang tua harus menekankan minum susu dan air pada anak.
Berhenti Merokok
Merokok memainkan peran penting dalam banyak kasus penyakit periodontal kronis. Untuk perokok, berhenti merupakan salah satu langkah yang paling penting untuk mendapatkan kembali kesehatan periodontal.
Perawatan Fluoride
Pengobatan fluoride pada anak-anak telah membantu menjelaskan penurunan penyakit periodontal pada orang dewasa. Karena fluoride mencegah kerusakan, gigi geraham paling belakang. Bahkan sebelum gigi pertama meletus, gusi bayi harus dibersihkan dengan sedikit bantalan kasa dan setetes pasta gigi berfluoride. Suplementasi dengan tablet fluoride atau tetes dapat direkomendasikan untuk anak usia 6 bulan atau lebih tua yang minum air unfluoridated atau yang berisiko untuk masalah gigi. Sebuah resep dari dokter anak atau dokter gigi anak diperlukan.
Beberapa dokter gigi merekomendasikan gel fluoride untuk pasien dewasa yang masih beresiko untuk kerusakan gigi atau sensitivitas, tapi fluoride ekstra umumnya tidak perlu untuk orang dewasa yang menggunakan pasta gigi berfluoride.

Pemeriksaan Gigi
Periodontitis merupakan silent disease. Orang dengan penyakit ini jarang mengalami rasa sakit dan mungkin tidak menyadari masalah ini. Pemeriksaan periodontal oleh dokter gigi umum sekali atau dua kali setahun dapat mengungkapkan masalah baru atau progresif. Pemeriksaan rontgen mulut disarankan setiap 2 - 3 tahun. Ini akan mengingatkan dokter gigi untuk keropos tulang dini dan gangguan lain dari rongga mulut.
Dokter gigi sekarang sering melakukan Skrining periodontal dan Recording (PSR) menggunakan probe untuk mengukur pocket gingiva. Sebelumnya hanya dilakukan oleh ahli periodontis, prosedur ini sekarang didorong sebagai bagian dari pemeriksaan gigi teratur. Dokter gigi akan mengidentifikasi daerah-daerah di mana kantong dalam telah terjadi, di mana kesehatan gingiva muncul dikompromikan, dan di mana ada mobilitas gigi yang tidak semestinya. Ini adalah tanggung jawab dokter gigi umum untuk mengidentifikasi penyakit periodontal dan menginformasikan pasien. Jika kondisinya parah, dokter gigi mungkin ingin merujuk pasien ke periodontist.
Perawatan Gigi Harian
Menyikat gigi yang benat, membersihkan mulut, dan flossing harus dapat membantu semua orang terhadap penyakit periodontal. (Namun, kebersihan yang baik mungkin tidak cukup untuk mencegah penyakit periodontal pada banyak orang. Kunjungan teratur ke dokter gigi sangat penting, terutama bagi individu yang berisiko tinggi.)
(Eberhard, 2008)



BAB IV
KESIMPULAN

Periodontitis kronis ialah penyakit infeksi dikarenakan inflamasi pada jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan kehilangan tulang, hilangnya jaringan ikat dan hilangnya tulang alveolar. periodontitis kronis paling sering terdapat pada remaja, itu bisa terjadi juga pada anak-anak ataupun orang tua sebagai respon terhadap plak kronis dan akumulasi kalkulus. Salah satu penyebab kerusakan periodontal seringkali dilihat diantara anggota keluarga dan melintas ke generasi yang berbeda dalam garis keturunan, serta mendasari dasar genetic untuk kemungkin terjadinya penyakit periodontal salah satunya agregasi familial dari localized dan generalized aggressive periodontitis. Aggressive periodontitis adalah salah satu kelainan pada jaringan periodontal yang disertai dengan adanya bone loss secara progresif. Aggressive Periodontitis umumnya mempengaruhi kesehatan sistemik individu dibawah umur 30 tahun, namun dapat juga yang lebih tua. Periodontitis agresif dibedakan dengan periodontitis kronis berdasarkan onset usia, kecepatan progresi, sifat dan komposisi kumpulan mikroflora gingiva, perubahan respon imun host dan agregasi keluarga dari penyakit individu. Periodontitis agresif menggambarkan dua penyebaran penyakit. Penyakit tersebut adalah localized aggressive periodontitis dan generalized aggressive periodontitis.
DAFTAR PUSTAKA
Carranza et al. 2008. Glickman’s Clinical Periodontology. 10th ed. Philadelphia : WB. Saunders company
Eberhard J, Jepsen S, Jervøe-Storm PM, Needleman I, Worthington HV. Full-mouth disinfection for the treatment of adult chronic periodontitis. Cochrane Database Syst Rev. 2008 Jan 23;(1):CD004622.
Fedi PF, Gray JL, Vernino AR. 2000. The Periodontic Syllabus 4th Ed. Lippincot Williams & Wilkins : USA.
Gafan et al. 2004. Prevalence of Periodontal Pathogens in Dental Plaque of Children. J Clin Microbiol 42.
Gershwin, M. Eric. German, J. Bruce. Keen, Carl L. 2000. Nutrition and Immunology Principles and Practice. Humana Press. New Jersey.
Goucher, Jhon. 2007. Foundation of Periodontics for the Dental Hygienist. Lippincot Williams & Wilkins : USA.
Gray, J. 2000. Parameter on Aggressive Periodontitis. Journal of Periodontology, 71(5)
Harrison. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Lamlanto, Nurhaida. 2010. Prosedur menegakkan diagnosis dalam praktik kedokteran gigi anak. Makasar : Universitas Hasanudin
Macphee T.,Cowley G.1995. Essentials of Periodontology and Periodontic. 3rd Ed. London: Blackwell Scientific)
Newman, Michael G; Takei, Henry H; Carranza, Fermin A, 2002, Carranza’s clinical periodontology – 9th ed, W.B. Saunders Co, Philadelphia
Noack, Barbara, Hoffman, Thomas. 2004. Aggresive Periodontitis. Perio. Vol. 1. Issue 4; 335-344
Reddy, Shantipriya. 2008. Essentials of Clinisal Periodontology and Periodontics, 2nd edition. Jaypee: India.
Wolf, F Herbert. Et al. 2006. Periodontology. Thieme : Germany.




Comments

Popular posts from this blog

KUMPULAN SOAL OSCE, PRETEST, DAN UKMP PART 2

KUMPULAN SOAL CBT, OSCE, UKMP, PRETEST PART 12