Pembuatan Keputusan Etis untuk Beberapa Pilihan Perawatan Kedokteran Gigi
ABSTRAK
Teknologi menyediakan pilihan-pilihan perawatan untuk masalah dental.Etika kedokteran gigi harus diaplikasikan untuk pengembangan perencanaan perawatan dan pemilihan metode.Pilihan perawatan seharusnya mempertimbangkan kondisi dan keinginan pasien sesuai dengan keputusan dokter gigi yang berhubungan dengan praktek-praktek yang terbaik di kedokteran gigi. Artikel ini memperlihatkan 4 studi kasus yang mengilustrasikan proses pembuatan keputusan etis untuk perawatan yang dibutuhkan.
ABSTRACT
Technology provides a selection of treatment choices for dental problems. Dental ethics must be applied to the development of a treatment plan and the selection of methods. Treatment options should consider the patient’s circumstances and desires as well as the dentist’s decision as it relates to best practices in dentistry. This article presents four case studies that illustrate the process of ethical decision-making for the appropriate treatment.
INTRODUKSI
Perkembangan seni dan ilmu dalam kedokteran gigi tumbuh sangat pesat sejak dikenalkannya handpiece high-speed pada tahun 1950. Terdapat perubahan paradigma dari model perawatan gigi yang terdahulu yang salah satunya termasuk tindakan pencegahan dan manajemen penyakit gigi dan
mulut serta rehabilitasi prostetik untuk mengembalikan fungsi normal organ mulut. Terdapat hubungan antara kesehatan mulut dengan penyakit sistemik yang telah meningkatkan keasadaran tentang pentingnya kesehatan mulut. Pada tahun 2000 ahli bedah di Amerika menyatakan kesehatan mulut sangat penting untuk diperhatikan. Perkembangan teknologi menawarkan beberapa macam solusi untuk menangani permasalahan pada gigi yang memiliki kesamaan dan merupakan hal yang biasa dilakukan pada setiap praktisi sebagai anggota profesi secara etik memiliki kewajiban untuk mengedukasi pasien mengenai beberapa pilihan perawatan dan menyerahkan keputusan untuk memilih perawatan yang dirasa tepat oleh pasien tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa banyaknya pilihan perawatan yang tersedia untuk berbagai kondisi gigi. Proses penentuan keputusan yang tepat akan mempermudah membedakan kelebihan dan kekurangan pada masing-masing pilihan perawatan. Hal tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien dapat berbeda-beda pada pasien yang sama dan pada waktu yang berbeda pula. Pentingnya kesehatan mulut yang optimal disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi dapat meningkatkan performa perawatan yang dilakukan oleh praktisi lebih baik. Dalam perencanaan penanganan secara menyeluruf semestinya meliputi pengaplikasian prinsip etika yang berkembang, penerimaan, dan impelementasinya dalam penanganan. Pengetahuan tentang kedokteran gigi memungkinkan untuk memberikan beberapa pilihan kepada pasien, namun seni dalam kedokteran gigi juga termasuk kebutuhan berkomunikasi dengan pasien dan mengaplikasikan prinsip-prinsip etika saat memberikan rekemondasi perawatan. The American Dental Association’s Code of Ethics menetapkan dasar-dasar tentang bagaimana kode tersebut dapat diaplikasikan dan mencerminkan nilai individu dari dokter gigi itu sendiri. Hal ini sering memungkinkan untuk mencapai hasil yang sama dari pengaplikasian perawatan yang berbeda untuk mengobati dan mencegah.
Beberapa pilihan yang ditawarkan oleh dokter gigi pada pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai perubahan seperti gaya hidup pasien itu sendiri atau kondisi fisik serta ketersediaan metode perawatan itu sendiri. Dokter gigi harus memberikan alasan terhadap rekomendasi yang diberikan, namun alasan-alasan pilihan lainnya juga harus diinformasikan kepada pasien. Etika dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk didiskusikan, termasuk resiko dan manfaat yang akan di dapat oleh pasien setelah proses perawatan. Tanggung jawab professional mencakup bertingkah laku yang baik di depan pasien. Prinsip-prinsip etika seharusnya menjadi landasan saat merencenakan untuk mengobati dan seharusnya mempengaruhi semua pilihan yang menyangkut managemen perawatan.
Dokter gigi adalah sebuah pekerjaan moral yang diarahkan oleh prinsip-prinsip yang bersifat normatif. Hasilnya adalah seorang dokter gigi memiliki kewenangan untuk memilih cara apa yang akan digunakan untuk merawat pasien yang memungkinkan mereka untuk memperhatikan pasien secara adil. Walaupun peningkatan komersialisasi akan membuat hal tersebut akan sulit dihindari, hak dari pasien seharusnya yang lebih mempengaruhi prinsip tersebut. Kode etik menjelaskan standar perilaku yang diharapkan untuk profesi yang memiliki kebijakan mandiri.Informasi yang berlebihan juga dapat menyebabkan masalah.Dokter gigi harus memiliki penilaian yang baik saat menerima hasil pemeriksaan. Memberikan edukasi kepada pasien sebagai sesuatu yang mereka butuhkan tetapi bukan yang mereka inginkan. Hak tersebut mencakup proses pengamilan keputusan dari kedua belah piha. Hak untuk menolak perawatan menjadi bagian dalam prinsip hak tersebut.
Kepercayaan dibangun berdasarkan kejujuran, pasien percaya bahwa para dokter gigi memilki pengetahuan terkini mengenai teknik perawatan gigi yang modern. Sebagai hasilnya, melanjutkan pendidikan adalah etika yang diharuskan untuk profesi dokter gigi jika pasien menginginkan yang melebihi kemampuan dokter gigi, diharapkan dokter gigi dapat menyarankan pasien untuk menemui dokter yang lebih berpengalaman.Etika dalam pengambilan keputusan mengurangi kecendrungan tindakan yang berlebihan, dokter gigi seharusnya tidak memberikan pengobatan yang hanya mengutamakan sesuatu yang diinginkan oleh pasien.Inform konsen adalah komponen penting dalam mengambil keputusan, memberitahukan semua detail tentang kasus dapat mempersulit prosesnya. Dokter gigi harus memutuskan seberapa banyak informasi yang harus diberikan kepada pasien.
Weinstein menyarankan dalam proses pengambilan keputusan harus berdasarkan etika.proses ini termasuk mengumpulkan semua fakta yang relevan, termasuk riwayat pengobatan dan faktor-faktor social, memastikan pilihan perawatan, dan menjawab pertanyaan yang menyangkut cara apa yang digunakan untuk mengobati, hal-hal apa saja yang diperhitungkan dan mengapa. Selanjutnya semua pilihan pengobatan yang ada pada situasi tersebut harus dipastikan. Pada akhirnya memilih perawatan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dilakukan?” dan “mengapa harus dilakukan?”.Walaupun itu telah menjadi bagian dari proses, mungkin tahap terakhir harus ditambahkan yaitu pilihan pengobatan yang dapat diterima oleh pasien dan dokter gigi.Keputusan pasien tentang pengobatan adalah hal yang penting dalam pertimbangan etika.
KASUS NO.1
Seorang wanita 45 tahun mencari perawatan untuk 4 unit gigi tiruan cekat sebagian yang sudah ia pakai sejak lebih dari 10 tahun terakhir (dari gigi 6-9). Ia mempunyai karies rekuren di bawah mahkota distal abutment yang mustahil dilakukan perawatan tanpa mengilangkan gigi tiruan cekat sebagiannya (Gambar 1).Abutment gigi caninus pada region maksila kanan mengalami pergeseran dan fraktur pada margin gingival (Gambar 2). Pasien memilikiklasifikasi angle kelas 1 dengan oklusi sentrik yang stabil dan anterior guidance. Pasien telah menerima 9 unit, 4 diantaranya adalah gigi tiruan cekat sebagian (Dari gigi No 19-27) lebih dari setahun terakhir dengan kondisi yang baik.Secara medis, tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi gigi.Pasien ingin mendapatkan setidaknya restorasi yang mahal secepat mungkin.Karena fungsi, estetika, dan daya tahan GTCdidapatkan pada GTC sebelumnya, maka dia menolak semua jenis protesa removable.
Pasieningin menerima perawatan restorasi dengan harga sedikit mahal namun bisa selesai secepat mungkin. Pasien belum merasakan fungsi, estetika, dan daya tahan dari gigi tiruan xekat sebagian sebelumnya yang ia miliki. Pasien menolak untuk dihilangkan protesanya. Berdasarkan keinginan pasien, terdapat 3 pilihan pengobatan yang tersedia . Salah satu pilihan melibatkan terapi endodontik pada caninus kanan, operasi pemanjangan mahkota, terapi mahkota gigi abutment secara individual pada gigi No. 6 dan 9, dan penghilangan gigi tiruan cekat sebagian. Pilihan kedua melibatkan terapi endodontik diatas dan operasi pemanjangan mahkota ditambah terapi gigi tiruan cekat sebagian menggunakan gigi No. 6 dan 9 sebagai abutment. Pilihan ketiga melibatkan pencabutan gigi kaninus kanan dan menggantikannya dengan implant pada gigi No. 6 dan 8 dengan dukungan dari gigi tiruan cekat dan mahkota gigi independen pada gigi No. 9. Setelah berdikusi, pasien memutuskan untuk memilih terapi nomor 2 dari tiga terapi yang ada.
Gigi tiruan cekat sebagian yang ada telah dihilangkan dan terapi endodontic pada gigi No.6 telah selesai dan telah digantikan dengan dibuat tonggak dan bonded resin core. Sebuah gigi tiruan cekat sebagian sementara telah dibuat dan operasi pemanjangan mahkota telah selesai pada gigi No. 6-11. Setelah penyembuhan jaringan selama 10 minggu, gigi tiruan cekat sebagian porcelain-fused-to-high noble metal telah dibuat dan diperkuat dengan resin reinforced ionomer kaca (Gambar 3). Pasien merasa nyaman dengan 4 unit GTC sebagian sebelumnya dan mengerti bahwa implant yang didukung dengan protesa akan memberi hasil yang cukup lama dan operasi pemanjangan mahkota merupakan subtraktif terapi yang lebih baik dari terapi aditif.
Pertimbangan Dental pada Pemilihan Perawatan
Gigi yang mengeluarkan bunyi menunjukkan bahwa gigi menderita kerusakan jaringan struktural yang parah secara periodontal (yaitu lebih dari 50% dari struktur koronal gigi).Gigi tersebut biasanya dianggap masih bisa direstorasi yang memerlukanprefabrikasi atau pasak dan inti yang dibuat di laboratorium,serta restorasi full-coverage setelah terapi endodontik. Untuk retensi yang memadai, secara umum dipahami bahwa ujung dari mahkota bagian margin setidaknya 2,00 mm dari apikal ke margin cavosurface pada inti, menciptakan sebuah ferrule. Pendekatan yang kompleksuntuk restorasi ini merupakan teknik yang sensitif dan prognosis dari gigi sebagai sebuah abutment untuk GTC sebagian yaitu cukup bagus.
Untuk lebar yang sehat secara biologis, harus ada ruang yang mencukupi antara margin mahkota dan tulang crestal.Operasi pemanjangan mahkota osseus diindikasikan ketika kehilangan struktur koronal gigi cukup signifikan membahayakan lebar biologik dimana restorasi idealnya ditempatkan.Prosedur ini merupakan pendekatan subtraktif yang memerlukan penghilangan tulang saat upaya yang dilakukan dengan teliti memberikan terapi aditif saat tulang beregenerasi. Saat gigi terlihat membahayakan maka alternatif terapi dari terapi diatas adalah mencabut gigi dan menggantinya baik menggunakan RPD ataupun menggunakan implant yang didukung dengan protesis. Walaupun dulu RPD merupakan keadaan yang biasa namun sekarang telah digunakan material yang modern dan teknik yang lebih memadai untuk meningkatkan kelayakan protesa dan menghasilkan estetik yang lebih baik.
Biaya terkait dengan restorasi kompleks yang membahayakan gigi, terkait morbiditas, dan prognosis yang relatif tidak baik menunjukkan adanya sebuah kebutuhan untuk mempertimbangkan penggunaan terapi implan gigi dan/atau terapi GTC sebagai alternatif.Keputusan harus didasarkan pada riwayat medis dan status sosioekenomi pasien, serta sesuai dengan prinsip etika.
Pertimbangan Etika
Otonomi
Pasien dihadapkan pada semua terapi yang dapat dilakukan, termasuk terhadap pilihan tidak dilakukan apapun pada GTC sebagiannya.Dari semua kasus yang ditampilkan pada artikel ini pasien telah mendapatkan pengetahuan dari diskusi dan video. Pasien mendapatkan terapi implant pada lengkung mandibulanya tanpa komplikasi pada perawatan sebelumnya.
Keadilan
Pasien telah menerima perawatan sebelumnya dengan fungsi dan estetik yang sangat baik dari GTC sebagiannya.Terapi GTC telah digunakan selama bertahun-tahun pada kedokteran gigi konvensional.Tidak terdapat kontraindikasi untuk dilakukannya terapi GTC, karena gigi abutment telah dipreparasi dan akandiperlukan terapi untuk terapi mahkota, terlepas dari terapi yang telah dipilih oleh pasien. Resiko operasi pemanjangan mahkota (dan fakta bahwa tulang tersebut perlu dihilangkan) juga telah didiskusikan secara tuntas.Pasien telah faham betul mengenai kondisi yang dialaminya dan membuat sebuah pilihan berdasarkan edukasi yang telah diberikan. Dokter gigi yang samayang melakukan terapi implan dan protesa sebelumnya juga menyajikan dan melakukan perawatan tertentu, sehingga pasien tidak mengalami perasaan bias.
Nonmaleficence
Walaupun operasi pamanjangan mahkota menjadi perdebatan, ini masih memungkinkan dokter gigi untuk menyelamatkan gigi kaninusnya. Setelah semua prosedur telah sesuai dengan protocol yang ada (dengan 2,5 mm ferrule untuk retensi abutment pada gigi No. 6, sedangkan gigi abutment telah disiapkan sebelumnya sebagai abutment) tidak ada kerugian yang akan menimpa pasien. Ketidaknyamanan saat proses penyembuhan dan keterlibatan operasi bedah mirip dengan hasil dari terapi implant.
Benevolence
Manfaat dari terapi implant dapat menggantikan kekhawatiran pasien tentang biaya terapi jangka pendek yang dikeluarkan oleh pasien. Rencana yang harus dilakukan jika terjadi kegagalan telah dibicarakan dengan pasien bahwa umur dari GTC sebagian akan lebih pendek jika dibandingkan dengan implant yang didukung oleh protesa. Pasien sangat mengerti bahwa kegagalan dapat terjadi baik pada saat penghilangan protesa ataupun implant yang didukung protesa mengeluarkan biaya yang lebih mahal. Keuntungan pasien dari operasi pemanjangan mahkota, terapi endodontik, dan terapi GTC sebagian konvensional adalah memberikan hasil yang stabil dan solusi estetik sesuai keinginan utamanya.
KASUS NO.2
Seorang wanita berusia 64 tahun dengan kasus kegagalan restorasi pada incisivus sentral maksilla (gigi 11 dan 21), resorpsi akar eksternal, status maloklusi Angle Kelas II Divisi II, dan pergeseran moderat dari oklusi sentrik ke posisi intercuspal maksimum tanpa adanya keluhan sakit. Terdapat anterior guidance yang curam dan perlekatan bibir maksilla yang tinggi.Kesehatan pasien baik dengan riwayat sinusitis musiman dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan secara regular.Riwayat dentalnya meliputi beberapa restorasi alloy dan resin yang kecil dan cukup baik. Lebih dari 40 tahun sebelumnya, pasien pernah menjalani terapi endodontik pada gigi No. 8 dan 9; terapi ini diikuti dengan pemasangan veneer yang telah diperbaiki berkali-kali. Ia memiliki riwayat kunjungan balik yang sporadis dan OH yang buruk. Pasien mengatakan ia menginginkan gigi incisivus yang lebih putih tetapi tidak ingin posisi ataupun bentuk gigi-giginya berubah.
Pada awalnya dokter gigi yang menangani, mempertimbangkan 4 macam perawatan yang dapat dilakukan. Pasien diminta memilih sendiri perawatan yang ia inginkan berdasarkan informasi dari dokter gigi tersebut. Pasien memilih perawatan ekstraksi gigi 11 dan 21 dan kemudian disusul dengan pemasangan GTSL. Berdasarkan persetujuan pasien, gigi 11 dan 21 diekstraksi, gigi 12 dan 22 dipreparasi untuk menjadi pegangan untuk GTSL yang akan dipasang. Prognosis dari merestorasi gigi No. 8 dan 9 tidak jelas karena kurangnya substansi struktur akar dan resorpsi akar eksternal.Permintaan estetika dari pasien dan anatomi yang ada menjadikan terapi RPD kontraindikasi. Masih belum jelas apakah pasien akan puas dengan terapi implan karena hasil yang dapat mempengaruhi estetika gingiva, yang saat ini merupakan faktor risiko dari implan dalam zona estetik. Karena pasien menginginkan duplikat yang sangat persis dengan gigi-geligi anterior aslinya yang berjejal, GTSL dianggap menjadi pilihan terapi yang terbaik.
Pertimbangan Etik :
Otonomi
Pasien diberikan seluruh pilihan perawatan yang ada, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan perawatan pada kondisi gigi geligi yang dimilikinya. Ia telah diperingatkan mengenai kesulitan yang akan terjadi pada pembuatan protesa yang akan memenuhi kebutuhan estetiknya. Keinginan pasien untuk membuat kembali maloklusi yang telah ada juga dipenuhi.
Keadilan
Perawatan dengan GTC telah digunakan dalam kedokteran gigi konvensional selama bertahun-tahun, dengan hasil yang dapat diperkirakan.Tidak ada kontraindikasi yang absolut untuk perawatan GTC pada kasus-kasus yang khusus, meskipun perawatan tersebut menyebabkan perubahan pada gigi abutment.Dokter gigi dan pasien berdiskusi secara terang-terangan mengenai kesulitan yang berkaitan dengan kebutuhan estetis pasien dan hasil yang diharapkan dari setiap perawatan.Pasien dipastikan benar-benar mengerti mengenai kondisi yang dialaminya dan membuat pilihan.Tidak ada jaminan dan perjanjian.Hal tersebut diperjelas kepada pasien bahwa kepatuhannya atas perawatan menentukan kesuksesan dari setiap pilihan dan pembiayaan relatif untuk setiap perawatan didiskusikan secara terbuka dan sejelas-jelasnya.
Nonmaleficence
Sejak keseluruhan prosedur dilakukan menurut protocol yang telah diterima dan karena pasien telah diinformasikan secara jelas mengenai seluruh prosedur yang ada mengenai perawatan inisiasi, tidak ada bahaya yang akan mengancam pasien. Ketidaknyamanan pada saat penyembuhan dan keterlibatan pembedahan masih didalam batas normal.
Benevolence
Ketika prilaku kebersihan pasien dipertanyakan, kesuksesan perawatan implant gigi juga tidak dapat dipastikan. Kemungkinan adanya ekstraksi dimasa yang akan datang mungkin dibutuhkan untuk GTSL dengan gigi yang multiple; desain yang dibutuhkan untuk protesa seperti itu kemungkinan sulit dibuat, yaitu pada implant endosseal pada posisi gigi no.8 dan 9. Kemungkinan kegagalan juga didiskusikan dengan pasien, yang telah mengerti mengenai jangka waktu pemakaian GTC biasanya lebih pendek daripada protesa dengan dukungan implan.Pasien diuntungkan dari perawatan GTC ini karena perawatan tersebut merupakan perawatan yang dapat diperkirakan hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari pasien itu sendiri.
KASUS NO.3
Seorang pria 62 tahun mempunyai gigi tiruan cekat kantilever pada gigi insisivus sentralis rahang atas. Gigi nomor 8 digunakan sebagai abtumen tunggal mengalami kegoyahan dan menimbulkan rasa sakit apabila dilakukan pemeriksaan, yaitu perkusi .pasien memiliki riwayat refluks asam, asma, sinusitis kronis, sakit kepala, dan arthritis. Pasien pada saat ini sedang mengkonsumsi Prilosec dan lactase.Pasien sebelumnya memiliki kebersihan mulut yang sangat baik. Pada tujuh tahun lalu pasien dilakukan pemasangan mahkota yang tidak estetik pada gigi nomor 7 dengan dokter yang sama. Pasien merupakan dokter mata yang memiliki kontak langsung dengan masyarakat, sehingga pasien tidak ingin menggunakan protesa removable jangka panjang dan dilakukan pengurangan gigi yang banyak kecuali itu diperlukan.
Dokter memberikan tiga pilihan perawatan yang dapat dipertimbangkan oleh pasien, pilihan pertama melibatkan perawatan endodontic dan mengganti mahkota yang baru pada gigi nomor 8 dan menggunakan RPD. Pilihan kedua melibatkan perawatan endodontic danperawatan RPD konvensional pada gigi nomor 8 -10, dan menggantikan gigi nomor 9 dengan pontic. Pilihan ketiga melibatkan pencabutan gigi nomor 8 dan memanfaatkan peratan implant dan menggantikan gigi nomor 8 dan 9. Pasien memilih untukk dilakukan perawatan ketiga dan berharap untuk menggantikan gigi nomor 7 dengan restorasi yang lebih estetik.
Setelah pasien memilih perawatan yang diinginkan, gigi nomor 8 dicabut dan tulang dicangkokan. Dua implant gigi yang dipasang didalam tulang dan akrilik RPD sementara dibuat untuk fungsi estetik. Implant dengan tambahan mahkota dibuat untuk menggantikan gigi nomor 8 dan 9 dan gigi nomor 7 digantikan. Restorasi gigi nomor 8 dipertanyakan dan gigi nomor 10 tidak dilakukan tindakan, karena profesi pasien dan keinginan untuk menolak protesa lepasan makan RPD cekat kontraindikasi. Penggantian gigi nomor 7 tidak dilakukan biaya tindakan.
Pertimbangan Etik
Otonomi
Pasien diberikan pilihan perawatan yang dapat dilakukan, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan perawatan pada gigi geligi.Dia telah sadar susahnya memberikan perawatan dengan sebuah protesa untuk mengikuti keinginan pasien dalam hal estetik.Pasien memilih untuk tetap pada maloklusi yang sudah ada.
Keadilan
Perawatan GTC telah digunakan pada bidang kedokteran gigi selama beberapa tahun, dengan hasil yang sesuai dengan yang dinginkan. Tidak ada kontraindikasi untuk perawatan GTC pada beberapa kasus, walaupun akan mengubah gigi abutment. Bagaimanapun, ketika estetika merupakan hal yang diinginkan oleh pasien , menggunakan protesa dengan retainer implant atau gigi tiruan lepasan. Dokter dan pasien telah melakukan diskusi secara terbuka bahwa sebenarnya terdapat kesulitan yang dapat terjadi pada keinginan estetik dari pasien dan hasil yang diinginkan pada setiap pilihan perawatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pasien sangat mengetahui kondisi dirinya sendiri dan akan memberikan keputusan setelah diberi edukasi oleh dokter. Tidak ada garansi atau perjanjian yang berikan oleh dokter. Hal ini menunjukan kenapa kepuasan pasien menggambarkan suksesnya beberapa pilihan perawatan dan hubungan terhadap biaya tiap pilihan perawaatan didiskusikan secara terbuka dan jelas.
Nonmaleficence
Karena semua prosedur telah dilakukan sesuai dengan protokol yang ada dan karena telah diberikan penjelasan tentang semua prosedur mengutamakan perawatan, tidak akan membahayakan pasien. Perawatan yang tidak nyaman dan keterlibatan bedah dalam batas normal.
Benevolence
Karena kebersihan pasien perlu dipertanyakan, keberhasilan perawatan implant gigi menjadi tidak jelas. Kebutuhan potensial untuk pencabutan mungkin membutuhkan gigi tiruan dengan banyak gigi; desain protesa dapat menjadi sulit karena adanya implasn endosseal pada sisi gigi no 8 dan 9. Kemungkinan kegagalan telah didiskusikan dengan pasien, dimana pasiesn memahami bahwa jangkahidup dari GTC lebih pendek dibandingkan dengan protesa dengan dukungan implant. Pasien juga memahami tersebut pada kejadian kegagalan yang telah diterangkan sebelumnya, pilihan pasien hanya terapi dengan gigi tiruan lepasan atau protesa dengan dukungan implant. Pasien akan diuntungkan pada perawatan menggunakan GTC karena merupakan pilihan perawatan yang sesuai dengan keinginan dan harapan pasien.
KASUS NO.4
Pada dua kesempatan yang berbeda (dua tahun terpisah), 62-tahun-wanita tua mencari pengobatan untuk maxilla bagian gigi incisal yang mengalami fraktur coronal 2,0 mm pada margin gingiva bebas. Gigi No. 7 adalah pertama yang patah (gambar 9); gigi No. 10 retak dua tahun kemudian (gambar 10).Angle klas 1 premolar kedua oklusi bilateral telah direstorasi sebelumnya, dengan oklusi sentris stabil.Pasien memiliki riwayat fibromyalgia, Osteoartritis, hipotiroidisme, apnea tidur, hipertensi, depresi, kecemasan, sinusitis kronis dan sakit kepala ketegangan primer.Sebelumnya dia telah dilakukan terapi implan gigi untuk menggantikan gigi no. 20 tanpa insiden.Pilihan pengobatan pertama yang meilputi terapi endodontik pada incisivus lateral yang terlibat, operasi crownlengthening, fabrikasi pos dan inti, dan mahkota terapi. Pilihan kedua melibatkan ekstraksi gigi incisivus lateral yang fraktur dan terapi FPD secara bertahap, memanfaatkan gigi caninus lateral dan pusat gigi incisivus sebagai abutment. Pilihan ketiga terlibat ekstraksi gigi incisivus lateral yang fraktur dan memanfaatkan RPD. Pilihan ke empat terlibat ekstraksi gigi incisivus dan memanfaatkan terapi penggantian implan, penggantian gigi incisivus lateral dengan mahkota pendukung implan.Pada kunjungan kedua pasien dijelaskan mengenai empat pilihan perwatan, namun dia membuat pilihan yang berbeda setiap kali kunjungan.Pada kunjungan pertamanya, pasien meminta terapi penggantian implan karena dia telah senang dengan hasil terapi implantasi sebelumnya.Pada kunjungan kedua, kondisi pasien telah berubah dan dia terfokus tentang menjalani operasi tambahan apapun, dan membuat dia untuk memilih pilihan pertama.
Pertimbangan etika
Otonomi
Dalam skenario kedua, pasien disajikan dengan semua pilihan pengobatan yang memungkinkan, termasuk pilihan untuk tidak melakukan apapun dengan gigi nya yang sudah ada.Pada kunjungan pertama, pasien prediposisi pada terapi implant karena sebelumnya terapi implant sebelumnya yang berhasil baik dan tidak melakukan provisional prothesis untuk mengurangi biaya perawatan. Pada saat kunjungan kedua , dia menyadari bahwa penurunan kesehatan dan bersedia menerima risiko dari pilihan perawatan compromised. Dia menolak crown- lengthening therapy dengan pemahaman bahwa mungkin terapi ini diperlukan di masa depan untuk kesehatan gingiva yang optimal.
Keadilan
Semua pilihan perawatan yang beralasan diajukan kepada pasien.Sejarah medis, keinginan dan kemampuan dipertimbangkan secara hati-hati dan secara independen pada setiap penyampaian.
Nonmaleficence
Meskipun kata-kata “ideal” tidak diikuti dalam restorasi gigi No. 10, pasien mendapatkan infosmasi secara jelas tentang semua prosedur sebelum inisiasi pengobatan dan tidak membahayakan disebabkan kepadanya.Ketidaknyamanan penyembuhan dan keterlibatan bedah berada dalam batas normal.Permintaan pasien untuk terapi yang pasti dalam skenario kedua adalah wajar.
Benevolence
Awalnya , terapi implan merupakan pilihan perawatan terbaik dengan prognosis terbaik , berdasarkan pengalaman sebelumnya pasien dengan perawatan gigi dan fakta bahwa ekstraksi mahkota yang berdekatan untuk membuat FPD akan terjadi trauma gigi-gigi yang tidak perlu dan menyebabkan biaya tambahan . Pada saat perawatan untuk gigi No 10 , prosedur bedah elektif harus dihindari karena risiko medis . Oleh karena itu , kesehatan pasien pada saat setiap peristiwa adalah faktor dalam pemilihan modalitas perawatan untuk masing-masing situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Huff, K., Huff, M., Farah, C., 2008, Ethical Decision-making for Multiple Prescription Dentistry, Practice Management and Human Relations, Academy of General Dentistry, Ohio
Teknologi menyediakan pilihan-pilihan perawatan untuk masalah dental.Etika kedokteran gigi harus diaplikasikan untuk pengembangan perencanaan perawatan dan pemilihan metode.Pilihan perawatan seharusnya mempertimbangkan kondisi dan keinginan pasien sesuai dengan keputusan dokter gigi yang berhubungan dengan praktek-praktek yang terbaik di kedokteran gigi. Artikel ini memperlihatkan 4 studi kasus yang mengilustrasikan proses pembuatan keputusan etis untuk perawatan yang dibutuhkan.
ABSTRACT
Technology provides a selection of treatment choices for dental problems. Dental ethics must be applied to the development of a treatment plan and the selection of methods. Treatment options should consider the patient’s circumstances and desires as well as the dentist’s decision as it relates to best practices in dentistry. This article presents four case studies that illustrate the process of ethical decision-making for the appropriate treatment.
INTRODUKSI
Perkembangan seni dan ilmu dalam kedokteran gigi tumbuh sangat pesat sejak dikenalkannya handpiece high-speed pada tahun 1950. Terdapat perubahan paradigma dari model perawatan gigi yang terdahulu yang salah satunya termasuk tindakan pencegahan dan manajemen penyakit gigi dan
mulut serta rehabilitasi prostetik untuk mengembalikan fungsi normal organ mulut. Terdapat hubungan antara kesehatan mulut dengan penyakit sistemik yang telah meningkatkan keasadaran tentang pentingnya kesehatan mulut. Pada tahun 2000 ahli bedah di Amerika menyatakan kesehatan mulut sangat penting untuk diperhatikan. Perkembangan teknologi menawarkan beberapa macam solusi untuk menangani permasalahan pada gigi yang memiliki kesamaan dan merupakan hal yang biasa dilakukan pada setiap praktisi sebagai anggota profesi secara etik memiliki kewajiban untuk mengedukasi pasien mengenai beberapa pilihan perawatan dan menyerahkan keputusan untuk memilih perawatan yang dirasa tepat oleh pasien tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa banyaknya pilihan perawatan yang tersedia untuk berbagai kondisi gigi. Proses penentuan keputusan yang tepat akan mempermudah membedakan kelebihan dan kekurangan pada masing-masing pilihan perawatan. Hal tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien dapat berbeda-beda pada pasien yang sama dan pada waktu yang berbeda pula. Pentingnya kesehatan mulut yang optimal disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi dapat meningkatkan performa perawatan yang dilakukan oleh praktisi lebih baik. Dalam perencanaan penanganan secara menyeluruf semestinya meliputi pengaplikasian prinsip etika yang berkembang, penerimaan, dan impelementasinya dalam penanganan. Pengetahuan tentang kedokteran gigi memungkinkan untuk memberikan beberapa pilihan kepada pasien, namun seni dalam kedokteran gigi juga termasuk kebutuhan berkomunikasi dengan pasien dan mengaplikasikan prinsip-prinsip etika saat memberikan rekemondasi perawatan. The American Dental Association’s Code of Ethics menetapkan dasar-dasar tentang bagaimana kode tersebut dapat diaplikasikan dan mencerminkan nilai individu dari dokter gigi itu sendiri. Hal ini sering memungkinkan untuk mencapai hasil yang sama dari pengaplikasian perawatan yang berbeda untuk mengobati dan mencegah.
Beberapa pilihan yang ditawarkan oleh dokter gigi pada pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai perubahan seperti gaya hidup pasien itu sendiri atau kondisi fisik serta ketersediaan metode perawatan itu sendiri. Dokter gigi harus memberikan alasan terhadap rekomendasi yang diberikan, namun alasan-alasan pilihan lainnya juga harus diinformasikan kepada pasien. Etika dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk didiskusikan, termasuk resiko dan manfaat yang akan di dapat oleh pasien setelah proses perawatan. Tanggung jawab professional mencakup bertingkah laku yang baik di depan pasien. Prinsip-prinsip etika seharusnya menjadi landasan saat merencenakan untuk mengobati dan seharusnya mempengaruhi semua pilihan yang menyangkut managemen perawatan.
Dokter gigi adalah sebuah pekerjaan moral yang diarahkan oleh prinsip-prinsip yang bersifat normatif. Hasilnya adalah seorang dokter gigi memiliki kewenangan untuk memilih cara apa yang akan digunakan untuk merawat pasien yang memungkinkan mereka untuk memperhatikan pasien secara adil. Walaupun peningkatan komersialisasi akan membuat hal tersebut akan sulit dihindari, hak dari pasien seharusnya yang lebih mempengaruhi prinsip tersebut. Kode etik menjelaskan standar perilaku yang diharapkan untuk profesi yang memiliki kebijakan mandiri.Informasi yang berlebihan juga dapat menyebabkan masalah.Dokter gigi harus memiliki penilaian yang baik saat menerima hasil pemeriksaan. Memberikan edukasi kepada pasien sebagai sesuatu yang mereka butuhkan tetapi bukan yang mereka inginkan. Hak tersebut mencakup proses pengamilan keputusan dari kedua belah piha. Hak untuk menolak perawatan menjadi bagian dalam prinsip hak tersebut.
Kepercayaan dibangun berdasarkan kejujuran, pasien percaya bahwa para dokter gigi memilki pengetahuan terkini mengenai teknik perawatan gigi yang modern. Sebagai hasilnya, melanjutkan pendidikan adalah etika yang diharuskan untuk profesi dokter gigi jika pasien menginginkan yang melebihi kemampuan dokter gigi, diharapkan dokter gigi dapat menyarankan pasien untuk menemui dokter yang lebih berpengalaman.Etika dalam pengambilan keputusan mengurangi kecendrungan tindakan yang berlebihan, dokter gigi seharusnya tidak memberikan pengobatan yang hanya mengutamakan sesuatu yang diinginkan oleh pasien.Inform konsen adalah komponen penting dalam mengambil keputusan, memberitahukan semua detail tentang kasus dapat mempersulit prosesnya. Dokter gigi harus memutuskan seberapa banyak informasi yang harus diberikan kepada pasien.
Weinstein menyarankan dalam proses pengambilan keputusan harus berdasarkan etika.proses ini termasuk mengumpulkan semua fakta yang relevan, termasuk riwayat pengobatan dan faktor-faktor social, memastikan pilihan perawatan, dan menjawab pertanyaan yang menyangkut cara apa yang digunakan untuk mengobati, hal-hal apa saja yang diperhitungkan dan mengapa. Selanjutnya semua pilihan pengobatan yang ada pada situasi tersebut harus dipastikan. Pada akhirnya memilih perawatan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dilakukan?” dan “mengapa harus dilakukan?”.Walaupun itu telah menjadi bagian dari proses, mungkin tahap terakhir harus ditambahkan yaitu pilihan pengobatan yang dapat diterima oleh pasien dan dokter gigi.Keputusan pasien tentang pengobatan adalah hal yang penting dalam pertimbangan etika.
KASUS NO.1
Seorang wanita 45 tahun mencari perawatan untuk 4 unit gigi tiruan cekat sebagian yang sudah ia pakai sejak lebih dari 10 tahun terakhir (dari gigi 6-9). Ia mempunyai karies rekuren di bawah mahkota distal abutment yang mustahil dilakukan perawatan tanpa mengilangkan gigi tiruan cekat sebagiannya (Gambar 1).Abutment gigi caninus pada region maksila kanan mengalami pergeseran dan fraktur pada margin gingival (Gambar 2). Pasien memilikiklasifikasi angle kelas 1 dengan oklusi sentrik yang stabil dan anterior guidance. Pasien telah menerima 9 unit, 4 diantaranya adalah gigi tiruan cekat sebagian (Dari gigi No 19-27) lebih dari setahun terakhir dengan kondisi yang baik.Secara medis, tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi gigi.Pasien ingin mendapatkan setidaknya restorasi yang mahal secepat mungkin.Karena fungsi, estetika, dan daya tahan GTCdidapatkan pada GTC sebelumnya, maka dia menolak semua jenis protesa removable.
Pasieningin menerima perawatan restorasi dengan harga sedikit mahal namun bisa selesai secepat mungkin. Pasien belum merasakan fungsi, estetika, dan daya tahan dari gigi tiruan xekat sebagian sebelumnya yang ia miliki. Pasien menolak untuk dihilangkan protesanya. Berdasarkan keinginan pasien, terdapat 3 pilihan pengobatan yang tersedia . Salah satu pilihan melibatkan terapi endodontik pada caninus kanan, operasi pemanjangan mahkota, terapi mahkota gigi abutment secara individual pada gigi No. 6 dan 9, dan penghilangan gigi tiruan cekat sebagian. Pilihan kedua melibatkan terapi endodontik diatas dan operasi pemanjangan mahkota ditambah terapi gigi tiruan cekat sebagian menggunakan gigi No. 6 dan 9 sebagai abutment. Pilihan ketiga melibatkan pencabutan gigi kaninus kanan dan menggantikannya dengan implant pada gigi No. 6 dan 8 dengan dukungan dari gigi tiruan cekat dan mahkota gigi independen pada gigi No. 9. Setelah berdikusi, pasien memutuskan untuk memilih terapi nomor 2 dari tiga terapi yang ada.
Gigi tiruan cekat sebagian yang ada telah dihilangkan dan terapi endodontic pada gigi No.6 telah selesai dan telah digantikan dengan dibuat tonggak dan bonded resin core. Sebuah gigi tiruan cekat sebagian sementara telah dibuat dan operasi pemanjangan mahkota telah selesai pada gigi No. 6-11. Setelah penyembuhan jaringan selama 10 minggu, gigi tiruan cekat sebagian porcelain-fused-to-high noble metal telah dibuat dan diperkuat dengan resin reinforced ionomer kaca (Gambar 3). Pasien merasa nyaman dengan 4 unit GTC sebagian sebelumnya dan mengerti bahwa implant yang didukung dengan protesa akan memberi hasil yang cukup lama dan operasi pemanjangan mahkota merupakan subtraktif terapi yang lebih baik dari terapi aditif.
Pertimbangan Dental pada Pemilihan Perawatan
Gigi yang mengeluarkan bunyi menunjukkan bahwa gigi menderita kerusakan jaringan struktural yang parah secara periodontal (yaitu lebih dari 50% dari struktur koronal gigi).Gigi tersebut biasanya dianggap masih bisa direstorasi yang memerlukanprefabrikasi atau pasak dan inti yang dibuat di laboratorium,serta restorasi full-coverage setelah terapi endodontik. Untuk retensi yang memadai, secara umum dipahami bahwa ujung dari mahkota bagian margin setidaknya 2,00 mm dari apikal ke margin cavosurface pada inti, menciptakan sebuah ferrule. Pendekatan yang kompleksuntuk restorasi ini merupakan teknik yang sensitif dan prognosis dari gigi sebagai sebuah abutment untuk GTC sebagian yaitu cukup bagus.
Untuk lebar yang sehat secara biologis, harus ada ruang yang mencukupi antara margin mahkota dan tulang crestal.Operasi pemanjangan mahkota osseus diindikasikan ketika kehilangan struktur koronal gigi cukup signifikan membahayakan lebar biologik dimana restorasi idealnya ditempatkan.Prosedur ini merupakan pendekatan subtraktif yang memerlukan penghilangan tulang saat upaya yang dilakukan dengan teliti memberikan terapi aditif saat tulang beregenerasi. Saat gigi terlihat membahayakan maka alternatif terapi dari terapi diatas adalah mencabut gigi dan menggantinya baik menggunakan RPD ataupun menggunakan implant yang didukung dengan protesis. Walaupun dulu RPD merupakan keadaan yang biasa namun sekarang telah digunakan material yang modern dan teknik yang lebih memadai untuk meningkatkan kelayakan protesa dan menghasilkan estetik yang lebih baik.
Biaya terkait dengan restorasi kompleks yang membahayakan gigi, terkait morbiditas, dan prognosis yang relatif tidak baik menunjukkan adanya sebuah kebutuhan untuk mempertimbangkan penggunaan terapi implan gigi dan/atau terapi GTC sebagai alternatif.Keputusan harus didasarkan pada riwayat medis dan status sosioekenomi pasien, serta sesuai dengan prinsip etika.
Pertimbangan Etika
Otonomi
Pasien dihadapkan pada semua terapi yang dapat dilakukan, termasuk terhadap pilihan tidak dilakukan apapun pada GTC sebagiannya.Dari semua kasus yang ditampilkan pada artikel ini pasien telah mendapatkan pengetahuan dari diskusi dan video. Pasien mendapatkan terapi implant pada lengkung mandibulanya tanpa komplikasi pada perawatan sebelumnya.
Keadilan
Pasien telah menerima perawatan sebelumnya dengan fungsi dan estetik yang sangat baik dari GTC sebagiannya.Terapi GTC telah digunakan selama bertahun-tahun pada kedokteran gigi konvensional.Tidak terdapat kontraindikasi untuk dilakukannya terapi GTC, karena gigi abutment telah dipreparasi dan akandiperlukan terapi untuk terapi mahkota, terlepas dari terapi yang telah dipilih oleh pasien. Resiko operasi pemanjangan mahkota (dan fakta bahwa tulang tersebut perlu dihilangkan) juga telah didiskusikan secara tuntas.Pasien telah faham betul mengenai kondisi yang dialaminya dan membuat sebuah pilihan berdasarkan edukasi yang telah diberikan. Dokter gigi yang samayang melakukan terapi implan dan protesa sebelumnya juga menyajikan dan melakukan perawatan tertentu, sehingga pasien tidak mengalami perasaan bias.
Nonmaleficence
Walaupun operasi pamanjangan mahkota menjadi perdebatan, ini masih memungkinkan dokter gigi untuk menyelamatkan gigi kaninusnya. Setelah semua prosedur telah sesuai dengan protocol yang ada (dengan 2,5 mm ferrule untuk retensi abutment pada gigi No. 6, sedangkan gigi abutment telah disiapkan sebelumnya sebagai abutment) tidak ada kerugian yang akan menimpa pasien. Ketidaknyamanan saat proses penyembuhan dan keterlibatan operasi bedah mirip dengan hasil dari terapi implant.
Benevolence
Manfaat dari terapi implant dapat menggantikan kekhawatiran pasien tentang biaya terapi jangka pendek yang dikeluarkan oleh pasien. Rencana yang harus dilakukan jika terjadi kegagalan telah dibicarakan dengan pasien bahwa umur dari GTC sebagian akan lebih pendek jika dibandingkan dengan implant yang didukung oleh protesa. Pasien sangat mengerti bahwa kegagalan dapat terjadi baik pada saat penghilangan protesa ataupun implant yang didukung protesa mengeluarkan biaya yang lebih mahal. Keuntungan pasien dari operasi pemanjangan mahkota, terapi endodontik, dan terapi GTC sebagian konvensional adalah memberikan hasil yang stabil dan solusi estetik sesuai keinginan utamanya.
KASUS NO.2
Seorang wanita berusia 64 tahun dengan kasus kegagalan restorasi pada incisivus sentral maksilla (gigi 11 dan 21), resorpsi akar eksternal, status maloklusi Angle Kelas II Divisi II, dan pergeseran moderat dari oklusi sentrik ke posisi intercuspal maksimum tanpa adanya keluhan sakit. Terdapat anterior guidance yang curam dan perlekatan bibir maksilla yang tinggi.Kesehatan pasien baik dengan riwayat sinusitis musiman dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan secara regular.Riwayat dentalnya meliputi beberapa restorasi alloy dan resin yang kecil dan cukup baik. Lebih dari 40 tahun sebelumnya, pasien pernah menjalani terapi endodontik pada gigi No. 8 dan 9; terapi ini diikuti dengan pemasangan veneer yang telah diperbaiki berkali-kali. Ia memiliki riwayat kunjungan balik yang sporadis dan OH yang buruk. Pasien mengatakan ia menginginkan gigi incisivus yang lebih putih tetapi tidak ingin posisi ataupun bentuk gigi-giginya berubah.
Pada awalnya dokter gigi yang menangani, mempertimbangkan 4 macam perawatan yang dapat dilakukan. Pasien diminta memilih sendiri perawatan yang ia inginkan berdasarkan informasi dari dokter gigi tersebut. Pasien memilih perawatan ekstraksi gigi 11 dan 21 dan kemudian disusul dengan pemasangan GTSL. Berdasarkan persetujuan pasien, gigi 11 dan 21 diekstraksi, gigi 12 dan 22 dipreparasi untuk menjadi pegangan untuk GTSL yang akan dipasang. Prognosis dari merestorasi gigi No. 8 dan 9 tidak jelas karena kurangnya substansi struktur akar dan resorpsi akar eksternal.Permintaan estetika dari pasien dan anatomi yang ada menjadikan terapi RPD kontraindikasi. Masih belum jelas apakah pasien akan puas dengan terapi implan karena hasil yang dapat mempengaruhi estetika gingiva, yang saat ini merupakan faktor risiko dari implan dalam zona estetik. Karena pasien menginginkan duplikat yang sangat persis dengan gigi-geligi anterior aslinya yang berjejal, GTSL dianggap menjadi pilihan terapi yang terbaik.
Pertimbangan Etik :
Otonomi
Pasien diberikan seluruh pilihan perawatan yang ada, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan perawatan pada kondisi gigi geligi yang dimilikinya. Ia telah diperingatkan mengenai kesulitan yang akan terjadi pada pembuatan protesa yang akan memenuhi kebutuhan estetiknya. Keinginan pasien untuk membuat kembali maloklusi yang telah ada juga dipenuhi.
Keadilan
Perawatan dengan GTC telah digunakan dalam kedokteran gigi konvensional selama bertahun-tahun, dengan hasil yang dapat diperkirakan.Tidak ada kontraindikasi yang absolut untuk perawatan GTC pada kasus-kasus yang khusus, meskipun perawatan tersebut menyebabkan perubahan pada gigi abutment.Dokter gigi dan pasien berdiskusi secara terang-terangan mengenai kesulitan yang berkaitan dengan kebutuhan estetis pasien dan hasil yang diharapkan dari setiap perawatan.Pasien dipastikan benar-benar mengerti mengenai kondisi yang dialaminya dan membuat pilihan.Tidak ada jaminan dan perjanjian.Hal tersebut diperjelas kepada pasien bahwa kepatuhannya atas perawatan menentukan kesuksesan dari setiap pilihan dan pembiayaan relatif untuk setiap perawatan didiskusikan secara terbuka dan sejelas-jelasnya.
Nonmaleficence
Sejak keseluruhan prosedur dilakukan menurut protocol yang telah diterima dan karena pasien telah diinformasikan secara jelas mengenai seluruh prosedur yang ada mengenai perawatan inisiasi, tidak ada bahaya yang akan mengancam pasien. Ketidaknyamanan pada saat penyembuhan dan keterlibatan pembedahan masih didalam batas normal.
Benevolence
Ketika prilaku kebersihan pasien dipertanyakan, kesuksesan perawatan implant gigi juga tidak dapat dipastikan. Kemungkinan adanya ekstraksi dimasa yang akan datang mungkin dibutuhkan untuk GTSL dengan gigi yang multiple; desain yang dibutuhkan untuk protesa seperti itu kemungkinan sulit dibuat, yaitu pada implant endosseal pada posisi gigi no.8 dan 9. Kemungkinan kegagalan juga didiskusikan dengan pasien, yang telah mengerti mengenai jangka waktu pemakaian GTC biasanya lebih pendek daripada protesa dengan dukungan implan.Pasien diuntungkan dari perawatan GTC ini karena perawatan tersebut merupakan perawatan yang dapat diperkirakan hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari pasien itu sendiri.
KASUS NO.3
Seorang pria 62 tahun mempunyai gigi tiruan cekat kantilever pada gigi insisivus sentralis rahang atas. Gigi nomor 8 digunakan sebagai abtumen tunggal mengalami kegoyahan dan menimbulkan rasa sakit apabila dilakukan pemeriksaan, yaitu perkusi .pasien memiliki riwayat refluks asam, asma, sinusitis kronis, sakit kepala, dan arthritis. Pasien pada saat ini sedang mengkonsumsi Prilosec dan lactase.Pasien sebelumnya memiliki kebersihan mulut yang sangat baik. Pada tujuh tahun lalu pasien dilakukan pemasangan mahkota yang tidak estetik pada gigi nomor 7 dengan dokter yang sama. Pasien merupakan dokter mata yang memiliki kontak langsung dengan masyarakat, sehingga pasien tidak ingin menggunakan protesa removable jangka panjang dan dilakukan pengurangan gigi yang banyak kecuali itu diperlukan.
Dokter memberikan tiga pilihan perawatan yang dapat dipertimbangkan oleh pasien, pilihan pertama melibatkan perawatan endodontic dan mengganti mahkota yang baru pada gigi nomor 8 dan menggunakan RPD. Pilihan kedua melibatkan perawatan endodontic danperawatan RPD konvensional pada gigi nomor 8 -10, dan menggantikan gigi nomor 9 dengan pontic. Pilihan ketiga melibatkan pencabutan gigi nomor 8 dan memanfaatkan peratan implant dan menggantikan gigi nomor 8 dan 9. Pasien memilih untukk dilakukan perawatan ketiga dan berharap untuk menggantikan gigi nomor 7 dengan restorasi yang lebih estetik.
Setelah pasien memilih perawatan yang diinginkan, gigi nomor 8 dicabut dan tulang dicangkokan. Dua implant gigi yang dipasang didalam tulang dan akrilik RPD sementara dibuat untuk fungsi estetik. Implant dengan tambahan mahkota dibuat untuk menggantikan gigi nomor 8 dan 9 dan gigi nomor 7 digantikan. Restorasi gigi nomor 8 dipertanyakan dan gigi nomor 10 tidak dilakukan tindakan, karena profesi pasien dan keinginan untuk menolak protesa lepasan makan RPD cekat kontraindikasi. Penggantian gigi nomor 7 tidak dilakukan biaya tindakan.
Pertimbangan Etik
Otonomi
Pasien diberikan pilihan perawatan yang dapat dilakukan, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan perawatan pada gigi geligi.Dia telah sadar susahnya memberikan perawatan dengan sebuah protesa untuk mengikuti keinginan pasien dalam hal estetik.Pasien memilih untuk tetap pada maloklusi yang sudah ada.
Keadilan
Perawatan GTC telah digunakan pada bidang kedokteran gigi selama beberapa tahun, dengan hasil yang sesuai dengan yang dinginkan. Tidak ada kontraindikasi untuk perawatan GTC pada beberapa kasus, walaupun akan mengubah gigi abutment. Bagaimanapun, ketika estetika merupakan hal yang diinginkan oleh pasien , menggunakan protesa dengan retainer implant atau gigi tiruan lepasan. Dokter dan pasien telah melakukan diskusi secara terbuka bahwa sebenarnya terdapat kesulitan yang dapat terjadi pada keinginan estetik dari pasien dan hasil yang diinginkan pada setiap pilihan perawatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pasien sangat mengetahui kondisi dirinya sendiri dan akan memberikan keputusan setelah diberi edukasi oleh dokter. Tidak ada garansi atau perjanjian yang berikan oleh dokter. Hal ini menunjukan kenapa kepuasan pasien menggambarkan suksesnya beberapa pilihan perawatan dan hubungan terhadap biaya tiap pilihan perawaatan didiskusikan secara terbuka dan jelas.
Nonmaleficence
Karena semua prosedur telah dilakukan sesuai dengan protokol yang ada dan karena telah diberikan penjelasan tentang semua prosedur mengutamakan perawatan, tidak akan membahayakan pasien. Perawatan yang tidak nyaman dan keterlibatan bedah dalam batas normal.
Benevolence
Karena kebersihan pasien perlu dipertanyakan, keberhasilan perawatan implant gigi menjadi tidak jelas. Kebutuhan potensial untuk pencabutan mungkin membutuhkan gigi tiruan dengan banyak gigi; desain protesa dapat menjadi sulit karena adanya implasn endosseal pada sisi gigi no 8 dan 9. Kemungkinan kegagalan telah didiskusikan dengan pasien, dimana pasiesn memahami bahwa jangkahidup dari GTC lebih pendek dibandingkan dengan protesa dengan dukungan implant. Pasien juga memahami tersebut pada kejadian kegagalan yang telah diterangkan sebelumnya, pilihan pasien hanya terapi dengan gigi tiruan lepasan atau protesa dengan dukungan implant. Pasien akan diuntungkan pada perawatan menggunakan GTC karena merupakan pilihan perawatan yang sesuai dengan keinginan dan harapan pasien.
KASUS NO.4
Pada dua kesempatan yang berbeda (dua tahun terpisah), 62-tahun-wanita tua mencari pengobatan untuk maxilla bagian gigi incisal yang mengalami fraktur coronal 2,0 mm pada margin gingiva bebas. Gigi No. 7 adalah pertama yang patah (gambar 9); gigi No. 10 retak dua tahun kemudian (gambar 10).Angle klas 1 premolar kedua oklusi bilateral telah direstorasi sebelumnya, dengan oklusi sentris stabil.Pasien memiliki riwayat fibromyalgia, Osteoartritis, hipotiroidisme, apnea tidur, hipertensi, depresi, kecemasan, sinusitis kronis dan sakit kepala ketegangan primer.Sebelumnya dia telah dilakukan terapi implan gigi untuk menggantikan gigi no. 20 tanpa insiden.Pilihan pengobatan pertama yang meilputi terapi endodontik pada incisivus lateral yang terlibat, operasi crownlengthening, fabrikasi pos dan inti, dan mahkota terapi. Pilihan kedua melibatkan ekstraksi gigi incisivus lateral yang fraktur dan terapi FPD secara bertahap, memanfaatkan gigi caninus lateral dan pusat gigi incisivus sebagai abutment. Pilihan ketiga terlibat ekstraksi gigi incisivus lateral yang fraktur dan memanfaatkan RPD. Pilihan ke empat terlibat ekstraksi gigi incisivus dan memanfaatkan terapi penggantian implan, penggantian gigi incisivus lateral dengan mahkota pendukung implan.Pada kunjungan kedua pasien dijelaskan mengenai empat pilihan perwatan, namun dia membuat pilihan yang berbeda setiap kali kunjungan.Pada kunjungan pertamanya, pasien meminta terapi penggantian implan karena dia telah senang dengan hasil terapi implantasi sebelumnya.Pada kunjungan kedua, kondisi pasien telah berubah dan dia terfokus tentang menjalani operasi tambahan apapun, dan membuat dia untuk memilih pilihan pertama.
Pertimbangan etika
Otonomi
Dalam skenario kedua, pasien disajikan dengan semua pilihan pengobatan yang memungkinkan, termasuk pilihan untuk tidak melakukan apapun dengan gigi nya yang sudah ada.Pada kunjungan pertama, pasien prediposisi pada terapi implant karena sebelumnya terapi implant sebelumnya yang berhasil baik dan tidak melakukan provisional prothesis untuk mengurangi biaya perawatan. Pada saat kunjungan kedua , dia menyadari bahwa penurunan kesehatan dan bersedia menerima risiko dari pilihan perawatan compromised. Dia menolak crown- lengthening therapy dengan pemahaman bahwa mungkin terapi ini diperlukan di masa depan untuk kesehatan gingiva yang optimal.
Keadilan
Semua pilihan perawatan yang beralasan diajukan kepada pasien.Sejarah medis, keinginan dan kemampuan dipertimbangkan secara hati-hati dan secara independen pada setiap penyampaian.
Nonmaleficence
Meskipun kata-kata “ideal” tidak diikuti dalam restorasi gigi No. 10, pasien mendapatkan infosmasi secara jelas tentang semua prosedur sebelum inisiasi pengobatan dan tidak membahayakan disebabkan kepadanya.Ketidaknyamanan penyembuhan dan keterlibatan bedah berada dalam batas normal.Permintaan pasien untuk terapi yang pasti dalam skenario kedua adalah wajar.
Benevolence
Awalnya , terapi implan merupakan pilihan perawatan terbaik dengan prognosis terbaik , berdasarkan pengalaman sebelumnya pasien dengan perawatan gigi dan fakta bahwa ekstraksi mahkota yang berdekatan untuk membuat FPD akan terjadi trauma gigi-gigi yang tidak perlu dan menyebabkan biaya tambahan . Pada saat perawatan untuk gigi No 10 , prosedur bedah elektif harus dihindari karena risiko medis . Oleh karena itu , kesehatan pasien pada saat setiap peristiwa adalah faktor dalam pemilihan modalitas perawatan untuk masing-masing situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Huff, K., Huff, M., Farah, C., 2008, Ethical Decision-making for Multiple Prescription Dentistry, Practice Management and Human Relations, Academy of General Dentistry, Ohio
Comments
Post a Comment