PROSES PENUAAN PADA JARINGAN KERAS PALATUM

Abstract
Palate is the roof of the mouth. The palate is divided into two parts, the hard palate or
the anterior bony and the soft palate or the posterior fleshy. T
composition and volume around 30%. In addition, the aging process cause the changing on
he hard palate is important for
feeding and speech. As the aging process, on elderly people, there will be decrease the bone
the hard palate function, taste perception may be altered. On the cellular aspect, osteoblast, a bone formation cells, will synthesize and regulate matrix protein to produce cytokine that
can induce the formation of osteoclast, which cause bone resorption. In the aging process
there will also be imbalance between bone resorption and bone formation.
Wearing full denture (GTL) could cause bone trauma, which induced alveolar bone
resorption. In addition, edentulous patient can decrease a processus alveolar and make the
surface of palate become more smooth and flat. The uncomfortable feeling of 75 years old lady patient might be caused by wearing the full denture for a long time, which can affect the
resorption of alveolar bone
Keyword: hard palate, aging, full denture

Pendahuluan
Penuaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses fisiologis genetis yang merupakan suatu terminasi pertumbuhan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu serta menyebabkan terjadinya perubahan jaringan tubuh yang kompleks seperti dalam bentuk perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya umur, demikian pula pada jaringan rongga mulut secara khusus (Winasa, 1995).
Perubahan pada struktur orofasial akibat pertambahan usia mempunyai dampak klinis yang penting dalam perawatan gigi pada pasien lanjut usia. Beberapa perubahan ini membuat prosedur klinis tertentu menjadi lebih sulit dan akan mengurangi prognosisnya. Hal ini terutama berlaku pada perawatan prostetik dan perawatan gigi restoratif. Akibat penuaan pada pasien usia lanjut meliputi : (1) perubahan tulang rahang dan tulang alveolar, (2) perubahan sendi temporomandibula, (3) perubahan aliran saliva, (4) Perubahan gigi-geligi, (5) perubahan jaringan periodontal, (6) perubahan pada lidah dan pengecapan (Damayanti, 2009).
Pada pertumbuhan tulang terdapat suatu periode konsolidasi selama 15 tahun saat terjadi pengendapan kalsium yang lebih banyak, mengurangi porositas kortikal, dan bertambahnya ketebalan tulang kortikal. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal maupun tulang trebekular (Damayanti, 2009).
Pada lanjut usia terutama wanita, lebih banyak proporsi tulang kortikal yang dipenuhi oleh pusat-pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang karena usia adalah ketidakseimbangan antara resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian. Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang yaitu terjadi penurunan ketebalan kortikal yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria. Selain itu, tulang biasanya labih rapuh sehingga menigkatkan jumlah fraktur mikro dari trabekula tipis yang sembuh dengan lambat karena prose remodeling melemah. peningkatan porositas tulang yang diakibatkan oleh meningkatnya ruangan vascular (Damayanti, 2009).

Laporan kasus
Seorang pasien wanita usia 75 tahun datang ke klinik RSGM dengan keluhan utama rasa tidak enak (bad taste) dalam rongga mulutnya meskipun pasien telah menyikat gigi dan menyikat GTL (Gigi Tiruan Lengkap) Rahang Atas menggunakan sikat gigi yang lembut serta pasta gigi berfluoride. Pasien telah menggunakan GTL tersebut sejak 25 tahun yang lalu tanpa ada keluhan. Pasien menceritakan bahwa timbulnya rasa tidak enak tersebut sejak 3 minggu yang lalu dan selalu muncul setiap saat. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat medis diketahui bahwa pasien menderita hipertensi, diabetes, kegelisahan (anxiety) dan osteoarthritis dengan pengobatan yang telah diberikan berupa hydrochlorothiazide, amitriptyline, metformin hydrochloride dan aspirin. Sekitar 1 bulan yang lalu pasien dirawat dengan pengobatan antibiotik karena infeksi respiratori bagian atas, Pasien juga memiliki riwayat merokok dengan konsumsi 40 pak per tahun.

Pembahasan
Penuaan merupakan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Proses menua terjadi terus menerus dalam kehidupan yang ditandai dengan adanya perubahan anatomi, fisiologis dan biomekanik dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh (Widyastuti, 2003).

Ada 4 teori pokok mengenai proses penuaan menurut Goldman dan Klatz (2007), yaitu:
  1. 1)  Teori “wear and tear”
    Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alcohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.

  2. 2)  Teori neuroendokrin
    Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.

  3. 3)  Teori Kontrol Genetik
    Teori ini fokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup.

  4. 4)  Teori Radikal Bebas
    Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo, 2000). Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas .
Perubahan jaringan keras Palatum pada Usia Lanjut
Ada banyak faktor lokal maupun sistemik yang berkaitan dengan resorpsi pada
residual
ridge maksilla dan mandibula, yaitu : (Zlataric et al., 2002)
  1. Faktor lokal, terdiri dari keadaan edentulous, trauma gigitan akibat pemakaian gigi tiruan, dan pasca ekstraksi gigi
  2. Faktor sistemik, terdiri dari usia tua, jenis kelamin, defisiensi kalsium, kelainan metabolisme Ca dan P, osteoporosis, dan ketidakseimbangan hormon.
Pada proses penuaan teramati adanya perubahan komposisi tulang yaitu menurunnya volume tulang sekitar 30 % atau lebih setelah usia 60 tahun. Pada aspek seluler, osteoblas yang bertindak untuk sintesis matriks protein dan regulasi matriks memproduksi sejumlah sinyal untuk menginisiasi sitokin dan mediator inflamasi lain yang menyebabkan pembentukan osteoklas dan terjadinya resorpsi tulang. Secara in vivo, volume dan jumlah osteoblast pada permukaan tulang menurun seiring dengan bertambahnya usia. Ketika sel- sel diisolasi dari tulang individu yang sudah tua dan dikultur, produksi matriks menurun jauh dibandingkan dengan individu muda, sehingga diperlukan konsentrasi faktor pertumbuhan yang lebih tinggi untuk menstimulasi proliferasi (Pedersen, et. al., 1996).
Pada penuaan dikarakteristikkan dengan adanya ketidakseimbangan antara proses pembentukan dan resorpsi tulang. Selama pertumbuhan berlangsung, proses pembentukan tulang melebihi proses resorpsi tulang sehingga terjadi peningkatan massa tulang dan pemanjangan tulang. Pada usia dewasa muda, resorpsi tulang seimbang dengan pembentukan tulang, menghasilkan pertahanan terhadap massa tulang. Namun, pada usia lanjut, terjadi peningkatan resorpsi tulang yang menyebabkan berkurangnya massa tulang akibat sel-sel yang bertanggung jawab dalam pembentukan tulang tidak dapat mengkompensasi terjadinya resorpsi (Raisz, 2005). Pada kondisi tersebut sel-sel osteoblast mengalami penurunan kapasitas dan jangka hidup (life span) yang menyebabkan terbatasnya kemampuan osteoblast untuk membentuk matriks tulang yang baru (Madrowski, et. al.,1993). Selain itu, jumlah osteoblast berkurang akibat adanya penurunan fungsi dan replikasi preostoblats, serta peningkatan apoptosis osteoblast yang matang. Diferensiasi osteogenik pada massa pertumbuhan dikarakteristikkan melalui ekspresi alkaline phospatase dan sintesis serta deposisi kolagen tipe 1 dan protein matriks tulang, diikuti dengan proses mineralisasi. Pada akhir pembentukan tulang, sebagian besar osteoblast berubah menjadi sel pipih, beberapa menjadi osteosit dan yang lain mengalami apoptosis. Fraksi-fraksi osteoblast juga mengalami apoptosis yang secara langsung menyebabkan menurunnya jangka hidup ostoblast dan durasi selama fase pembentukan tulang (Weinstein and Manolagas, 2000).
Berkurangnya massa tulang pada usia lanjut berlangsung secara lambat yang menghasilkan terjadinya penipisan tulang trabekula, peningkatan separasi trabekula dan penurunan ketebalan tulang kortikal (Riggs and Prarfitt, 2005).
Menurut Nemanic, et. al. (2008), permukaan jaringan keras palatum mengalami perubahan dari sejak lahir. Sebelum gigi pertama tumbuh, tulang palatum berbentuk konkaf, halus dan tidak memiliki processus alveolaris. Pada usia hingga empat tahun, terjadi pembentukan ballon-like osseous yang mengandung elemen gigi permanen. Seiring dengan pertambahan usia, konkafitas palatum mulai menurun dan menjadi datar akibat hilangnya gigi. Pertumbuhan gigi itu sendiri seiring dengan pertumbuhan dari processus alveolaris, sehingga morfologi permukaan palatum tergantung adanya gigi-geligi dan tulang alveolar.
Pada proses menua, tulang alveolar mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik. Penurunan yang hebat dari tinggi alveolar seringkali merupakan akibat pemakaian gigi tiruan lengkap dalam jangka waktu yang panjang. Diduga bahwa resorpsi tulang alveolar merupakan akibat yang tidak bisa dihindari dari pemakaian gigi tiruan. Pemakaian gigi tiruan mempunyai potensi untuk membebani dan merusak tulang alveolar di bawahnya. Gigi-gigi atas biasanya melebar ke bawah dan keluar, sehingga resorpsi tulangnya terjadi ke arah atas dan ke dalam. Karena lapisan kortikal yang sebelah luar lebih tipis daripada yang sebelah dalam, resorpsi lapisan kotikal luar cenderung lebih besar dan cepat. Karena alveolar rahang atas mengalami resorpsi, maksila menjadi lebih kecil dalam segala arah dan menjadi lebih sempit (Damayanti, 2009). Selain itu, hilangnya processus alveolaris menyebabkan permukaan tulang palatum menjadi lebih datar dan halus (Nemanic, et. al. 2008)

Faktor yang Mempercepat dan Menghambat Penuaan
Terdapat bermacam-macam faktor yang dapat mempercepat maupun memperlambat proses penuaan. Selain kondisi gigi-geligi dan processus alveolaris, proses penuaan dapat berlangsung lebih cepat akibat adanya radikal bebas. Radikal bebas adalah teori yang diterima oleh banyak pihak yang merupakan penyebab penuaan. Radikal bebas yang terbentuk sepanjang proses produksi energi oleh mitokondria yang menggunakan oksigen sebagai bahan utamanya. Akhir dari proses metabolik tersebut akan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak sel-sel tubuh seterusnya menyebabkan penuaan. Antioksidan merupakan faktor yang dapat menghambat terjadinya penuaan (Fusco et. al. 2007;Ahmad, 2004). Selain itu, terdapat pula faktor yang dapat menghambat penuaan salah satunya adalah antioksidan. Antioksidan ditemukan dalam makanan mencakup vitamin B, vitamin E, vitamin C, beta karoten, khromium, selenium, kalsium, zinc, magnesium yang dapat menghentikan sebagian besar mutasi-mutasi DNA sehingga dapat menghambat proses penurunan sel.
Pada kasus pasien wanita usia 75 tahun tersebut diatas, maka dapat diduga bahwa keluhan terhadap perubahan yang dirasakan disebabkan oleh proses penuaan dan penggunaan gigi tiruan lengkap (GTL) dalam jangka waktu yang lama. Seiring dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan komposisi tulang dan perubahan pada jaringan keras palatum. Selain itu, pembuatan GTL yang rigid memicu resorpsi tulang alveolar akibat beban berlebih yang diterima, sehingga menyebabkan berkurangnya tinggi dari processus alveolar yang berdampak pada perubahan morfologi permukaan palatum menjadi datar dan halus.

Daftar Pustaka
Achmad TH. 2004. Biomolecular mechanism of antioxidant activity on aging process in : Simposium on geriatric, ed. The new paradigm in the role and life care of active aging people,pp : 1 – 6.
Damayanti L. Respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien usia lanjut. Makalah. Bandung, Universitas Padjajaran, 2009 : 1 – 10
Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. Anti-Aging Medical Therapeutics volume 5. Chicago : the A4M Publications.p. 43.
Fusco D., Colloca G., Monaco MRL., Cesari M. 2007. Effects of antioxidant supplementation on the aging process. Department of Gerontology ; Catholic University of Sacred Heart, Rome. Department of Aging and Geriatric Research ; University of Florida, Gainsville. pp: 377 – 81.
Goldman, R dan Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia : Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25
Modrowski D, Miravet L, Feuga M, Marie PJ. 1993. Increased proliferation of osteoblast precursor cells in estrogen deficient rats. Am J Physiol;264 (2 pt 1): E190-E196.
Nemanic, J. K., Vinter, I., Jalsovec, D., Enrenfreund and Masuric. 2008. Postnatas changes in osseous and mucosal morphology of the hard palate. Clinical Anatomy. 21: 158- 164
Pedersen, Poul-Holm & Loe, Harald. 1996. Textbook of Geriatric Dentistry 2nd edition. Wiley : Copenhagen
Raisz LG. 2005. Pathogenesis of osteoporosis: concepts, conflicts, and prospects. J Clin Invest.;115:3318-3325
Riggs BL, Parfitt AM. 2005. Drugs used to treat osteoporosis: the critical need for a uniform nomenclature based on their action on bone remodeling. J Bone Miner Res;20:177- 184
Weinstein RS, Manolagas SC. 2000. Apoptosis and osteoporosis. Am J Med; 108:153-164 Widyastuti R., 2003, Pengelolaan Kesehatan Periodontal pada lanjut usia, Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM, 1(2):91-2
Winasa IG. 1995. Perubahan Jaringan Rongga Mulut pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. ISSN 0854- 8420. No. 04 Vol. 1
Zlataric DK., Celebic A., Lazic B. 2002. Resorptive Changes of Maxillary and Mandibular Bone Structures in Removable Denture Wearers. Acta Stomat Croat. Vol 36 (2): 261- 65

Comments

Popular posts from this blog

KUMPULAN SOAL OSCE, PRETEST, DAN UKMP PART 2

KUMPULAN SOAL CBT, OSCE, UKMP, PRETEST PART 12