Pengaruh Usia pada Perubahan Saliva
1. Definisi dan fungsi saliva
Saliva merupakan cairan mulut yang disekresikan oleh kelenjar saliva dan dikeluarkan di dalam rongga mulut dan disebarkan dari peredaran darah melalui sulkus gingivalis. Saliva memiliki fungsi yang kompleks, meliputi: perlindungan permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus dan produk metabolisme, pencernaan makanan dan pengecapan; serta deferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel, maupun saraf. Sekresi saliva normal sehari-hari berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar 6 sampai 7 (Amerongen, 1992).
2. Penggolongan usia lanjut
Usia lanjut (usila) menurut World Health Organization (WHO) dibagi menjadi usia pertengahan (45 – 59 tahun), usia lanjut (60 – 75 tahun), usia lanjut tua (75 – 90 tahun), dan usia lanjut sangat tua (diatas 90 tahun), sedangkan usia lanjut menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2, adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun keatas (Manurung, 2012).
3. Pengaruh usia terhadap saliva
Dampak perubahan usia terhadap saliva tampak pada seringnya terjadi keluhan mulut kering (xerostomia) pada usia lanjut. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan berupa atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan sedikit mengubah komposisinya. (Sonis dkk, 1995; Nanci, 2003).
4. Pengaruh usia terhadap aliran saliva
Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses penuaan (aging). Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan jaringan ikat, lining sel ductus intermediate mengalami atropi, Keadaan inilah yang kemudian akan mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva (Sonis dkk, 1995; Nanci, 2003). Insiden xerostomia meningkat dari 6% pada usia 50 tahun dan 15% pada usia 65 tahun. Salah satu temuan memperkirakan terjadinya xerostomia pada usia 65 tahun menjadi sekitar 30%. Laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) <0,1 ml/min dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate) <1,0 ml/min adalah merupakan indikasi xerostomia (Manurung, 2012)
Saliva merupakan cairan mulut yang disekresikan oleh kelenjar saliva dan dikeluarkan di dalam rongga mulut dan disebarkan dari peredaran darah melalui sulkus gingivalis. Saliva memiliki fungsi yang kompleks, meliputi: perlindungan permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus dan produk metabolisme, pencernaan makanan dan pengecapan; serta deferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel, maupun saraf. Sekresi saliva normal sehari-hari berkisar antara 800-1500 mililiter dengan pH sekitar 6 sampai 7 (Amerongen, 1992).
2. Penggolongan usia lanjut
Usia lanjut (usila) menurut World Health Organization (WHO) dibagi menjadi usia pertengahan (45 – 59 tahun), usia lanjut (60 – 75 tahun), usia lanjut tua (75 – 90 tahun), dan usia lanjut sangat tua (diatas 90 tahun), sedangkan usia lanjut menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2, adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun keatas (Manurung, 2012).
3. Pengaruh usia terhadap saliva
Dampak perubahan usia terhadap saliva tampak pada seringnya terjadi keluhan mulut kering (xerostomia) pada usia lanjut. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan berupa atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan sedikit mengubah komposisinya. (Sonis dkk, 1995; Nanci, 2003).
4. Pengaruh usia terhadap aliran saliva
Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses penuaan (aging). Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan jaringan ikat, lining sel ductus intermediate mengalami atropi, Keadaan inilah yang kemudian akan mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva (Sonis dkk, 1995; Nanci, 2003). Insiden xerostomia meningkat dari 6% pada usia 50 tahun dan 15% pada usia 65 tahun. Salah satu temuan memperkirakan terjadinya xerostomia pada usia 65 tahun menjadi sekitar 30%. Laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) <0,1 ml/min dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate) <1,0 ml/min adalah merupakan indikasi xerostomia (Manurung, 2012)
Sumber :
Amerongen, A.V.N. 1992. Ludah
dan Kelenjar Ludah; Arti Bagi Kesehatan Gigi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Manurung, Amelia K.W. 2012. Pengaruh Xerostomia Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Terkait Kualitas
Hidup pada Usia Lanjut. Universitas Diponegoro.
Nanci, A. 2003. Oral Histology:Development, Structure, and
Function. Philadelphia: Mosby
Sonis, S.T., Fazio, R.C., Fang, L. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine.
Second Edition. Philadelphia: Saunders.
Comments
Post a Comment